oleh: St. Yohanes Maria Vianney
Apabila kalian bertanya kepadaku apa yang oleh sebagian besar orang dipahami sebagai suatu kematian yang buruk, aku akan menjawab: “Apabila seorang meninggal di puncak hidupnya, berkeluarga, menikmati kesehatan yang prima, kekayaan yang berlimpah, dan meninggalkan anak-anak dan isteri yang berduka, tak diragukan lagi, tetapi kematian yang demikian amatlah tragis. Raja Yehezkiel mengatakan, “Mengapa, ya Tuhan! Aku harus mati di tengah tahun-tahunku, di puncak hidupku!” Dan Raja-Nabi memohon kepada Tuhan untuk tidak mencabut nyawanya di puncak hidupnya. Yang lain mengatakan bahwa mati di tangan para algojo di tiang gantungan adalah kematian yang buruk. Yang lain lagi mengatakan bahwa kematian yang tiba-tiba adalah kematian yang buruk, seperti misalnya, tewas karena suatu bencana, atau mati tenggelam, atau jatuh dari suatu bangunan yang tinggi dan tewas. Dan kemudian sebagian lainnya mengatakan bahwa yang paling buruk adalah mati karena suatu penyakit yang ganas, seperti wabah atau penyakit menular lainnya.
Namun demikian, saudara-saudaraku terkasih, aku hendak mengatakan kepada kalian bahwa tak satupun dari yang disebutkan di atas adalah kematian yang buruk. Andai seorang hidup baik, dan ia mati di puncak hidupnya, maka kematiannya sungguh berharga di mata Tuhan. Ada pada kita banyak para kudus yang meninggal di puncak hidup mereka. Pula, bukanlah suatu kematian yang buruk mati di tangan para algojo. Segenap para martir mati di tangan para algojo.
Mati mendadak juga bukanlah suatu kematian yang buruk, andai seorang telah siap. Ada pada kita banyak para kudus yang mati mendadak macam itu. St Simeon tewas disambar kilat di tiangnya. St Fransiskus de Sales wafat karena apoplexia. Dan terakhir, mati karena suatu wabah penyakit bukanlah suatu kematian yang mengerikan; St Rochus dan St Fransiskus Xaverius meninggal karena penyakit.
Tetapi, yang mengakibatkan suatu kematian yang buruk adalah dosa. Ah, dosa yang mengerikan ini, yang mencabik-cabik dan melahap habis di saat-saat ngeri ini! Sungguh malang, tak peduli di mana orang-orang malang, para pendosa yang malang ini, memandang, ia melihat hanya dosa dan mengabaikan rahmat-rahmat! Apabila ia mengarahkan matanya ke surga, ia melihat hanya Tuhan yang marah, yang diperlengkapi dengan segala murka keadilan-Nya, yang siap menghukumnya. Apabila ia mengarahkan matanya ke bawah, ia melihat hanya neraka dan angkara murkanya yang telah membuka pintu-pintu gerbangnya untuk melahap dia. Sungguh malang! Pendosa yang malang ini tak hendak mengenali keadilan Tuhan semasa hidupnya di dunia; pada saat ini, bukan hanya ia melihatnya, melainkan ia merasakannya telah menghimpitnya. Semasa hidupnya, ia selalu berusaha menyembunyikan dosa-dosanya, atau setidaknya berusaha sebaik mungkin menutupinya. Tetapi di saat ini semuanya diperlihatkan kepadanya seperti dalam terang benderang siang hari. Ia melihat sekarang apa yang seharusnya dilihatnya sebelumnya, yang tak hendak dilihatnya. Ia hendak menangisi dosa-dosanya, tetapi ia tidak punya lagi waktu. Ia memandang rendah Tuhan semasa hidupnya; sekarang, pada gilirannya Tuhan memandang rendah dia dan meninggalkannya dalam keputusasaan.
Dengarkanlah, hai para pendosa yang bebal, kalian yang sekarang berkubang dalam kesenangan-kesenangan yang demikian, dalam lumpur kejahatan kalian, tanpa pernah berpikir sekejap pun untuk mengubah hidup kalian, yang mungkin akan memikirkan hal ini hanya ketika Tuhan telah meninggalkan kalian, seperti yang telah terjadi pada orang-orang yang berdosa seperti kalian. Ya, Roh Kudus telah mengatakan kepada kita bahwa para pendosa di saat-saat akhir mereka akan menggertakkan gigi, akan dicekam oleh ketakutan yang ngeri, dalam pemikiran akan dosa-dosa mereka.
Dosa-dosa mereka akan bangkit di hadapan mereka dan mendakwa mereka.
“Alangkah malangnya!” seru mereka di saat ngeri ini, “alangkah malangnya! Apakah gunanya kesombongan ini, pameran kebanggaan yang sia-sia ini, dan segala kesenangan yang kami nikmati dalam dosa? Segalanya telah berakhir sekarang. Tiada barang satu keutamaan pun dalam diri kami, melainkan kami telah sepenuhnya dikuasai oleh hasrat dan nafsu kami yang jahat.”
… Sungguh menyedihkan, tetapi suatu penghukuman yang adil bahwa para pendosa, yang sepanjang hidup mereka telah menyia-nyiakan segala rahmat yang Tuhan tawarkan kepada mereka, tiada lagi mendapati rahmat pada saat mereka hendak mengambil manfaat darinya. Sungguh malang! Teramat banyak jumlah orang yang mati demikian di hadapan Tuhan. Sungguh malang! bahwa ada begitu banyak orang-orang buta ini yang tak hendak membuka mata mereka hingga saat ketika tidak ada lagi obat bagi kejahatan mereka! Ya, saudara-saudaraku terkasih, ya, suatu hidup dalam dosa dan suatu kematian yang ditolak! Kalian dalam dosa dan kalian tak hendak mengakhirinya? Tidak, kata kalian. Baiklah, anak-anakku, kalian akan binasa dalam dosa.
sumber : “The Bad Death by Saint John Vianney”; www.jesus-passion.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar