Rabu, 05 Mei 2010

Iri Hati adalah Sampah Masyarakat

oleh: St. Yohanes Maria Vianney

Seperti kalian ketahui, saudara-saudaraku terkasih, sebagai sesama makhluk ciptaan kita terikat untuk saling memiliki simpati dan perasaan kasih satu sama lain. Namun, seorang yang iri hati hendak, andai mungkin, memusnahkan segala yang baik dan menguntungkan milik sesamanya. Kalian tahu juga, bahwa sebagai umat Kristiani kita wajib memiliki belas kasih tak terhingga kepada sesama. Tetapi seorang yang iri hati sungguh jauh menyimpang dari keutamaan yang demikian. Ia akan bahagia melihat sesamanya hancur. Setiap tanda kemurahan Tuhan atas sesama adalah bagaikan sebilah pisau yang menikam hatinya dan mengakibatkannya mati diam-diam. Karena kita semua adalah anggota dari Tubuh yang sama, di mana Yesus Kristus adalah Kepala, sepatutnyalah kita berjuang begitu rupa agar persatuan, kebajikan, kasih dan semangat kita dapat di lihat dalam diri kita masing-masing dan dalam diri kita semua. Agar kita semua bahagia, kita hendaknya bersukacita, seperti nasehat St Paulus, bersama orang yang bersukacita dan menangis bersama mereka yang ditimpa kesusahan atau kemalangan. Tetapi, sangat jauh dari perasaan yang demikian, mereka yang iri hati tak henti-hentinya menyebarkan aib dan fitnah atas sesama mereka. Tampaknya, bagi mereka, dengan cara demikian mereka dapat melakukan sesuatu demi meringankan dan meredakan kedongkolan hati mereka.  

Tetapi, sayangnya, kita belum mengatakan semuanya yang dapat dikatakan mengenai iri hati. Iri hati adalah kebiasaan buruk yang mematikan, yang melengserkan raja-raja dan kaisar-kaisar dari tahta mereka. Mengapakah menurut pendapatmu, saudara-saudaraku terkasih, bahwa di antara para raja, para kaisar, mereka yang menduduki tempat utama di kalangan manusia, sebagian diturunkan dari tempat istimewa mereka, sebagian diracun, sementara yang lainnya dibunuh? Hal ini hanya karena seseorang ingin menduduki tempat mereka. Bukan makanan, bukan pula minuman, ataupun tempat tinggal yang diinginkan para pelaku kejahatan yang demikian. Sama sekali bukan. Melainkan, mereka dirasuki oleh iri hati.   

Kita ambil contoh lain. Adalah seorang pedagang yang hendak menguasai seluruh perdagangan bagi dirinya sendiri tampa menyisakan suatupun bagi yang lain. Jika orang meninggalkan tokonya untuk pergi ke tempat lain, ia akan berusaha sebaik mungkin untuk mengatakan segala yang buruk, entah mengenai pedagang saingannya atau mengenai kualitas barang yang dijual saingannya. Ia akan mempergunakan segala macam cara yang mungkin untuk menghancurkan reputasi saingannya, mengatakan bahwa barang-barang saingannya tidak memiliki kualitas yang sama dengan yang barang miliknya, atau bahwa saingannya mempermainkan timbangan. Kalian akan mendapati pula, bahwa seorang yang iri hati seperti ini memiliki tipu muslihat neraka untuk menambahkan kepada segala perbuatan kejinya itu perkataan seperti, “Janganlah engkau katakan,” katanya kepadamu, “hal ini kepada yang lainnya; hal ini amat menyakitkan dan menyedihkanku. Aku mengatakannya hanya kepadamu sebab aku tidak mau melihatmu ditipu.”   

Seorang pekerja mendapati bahwa seorang lain sekarang akan dipekerjakan di tempat di mana ia dahulu biasa bekerja. Hal ini membuatnya sangat murka, dan ia akan melakukan segala daya upaya dalam kuasanya untuk menjatuhkan si “pembuat onar” ini agar ia pada akhirnya sama sekali tidak dipekerjakan di sana.

Lihatlah seorang bapa dari sebuah keluarga, betapa ia akan murka mendapati tetangga sebelah rumahnya lebih makmur dari dirinya, atau jika ladang tetangganya itu menghasilkan panen lebih berlimpah. Lihatlah seorang ibu; ia tidak akan suka mendengar orang berbicara baik mengenai anak-anak lain, kecuali anak-anaknya. Apabila orang memuji anak-anak dari keluarga lain kepadanya dan tidak mengatakan suatupun yang baik mengenai anak-anaknya, maka sang ibu akan menjawab, “Mereka hanya begitu saja,” dan ia akan menjadi sedih. Betapa bodohnya engkau, hai ibu yang malang! Pujian yang diberikan kepada anak-anak lain tidak mengurangkan apapun dari anak-anakmu.   

Lihat saja kecemburuan suami terhadap isteri atau kecembuaruan isteri terhadap suami. Perhatikan bagaimana mereka menyelidiki dengan seksama segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan pasangannya, bagaimana mereka mengamati setiap orang kepada siapa pasangannya berbicara, setiap rumah yang dikunjungi pasangannya. Apabila yang satu melihat pasangannya berbicara kepada seseorang, maka akan muncul tuduhan-tuduhan akan berbagai macam kesalahan, walau sesungguhnya pasangannya sama sekali tidak bersalah.

Iri hati jelas merupakan dosa terkutuk yang menempatkan penghalang antara saudara-saudara dan saudari pula. Begitu seorang bapa atau seorang ibu memberikan lebih banyak kepada salah seorang anggota keluarga daripada yang lain, kalian akan melihat munculnya kedengkian karena iri hati terhadap orangtua atau terhadap saudara atau saudari yang lebih dikasihi - kedengkian yang dapat berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya, dan terkadang bahkan seumur hidup. Ada anak-anak yang memasang mata waspada terhadap orangtua mereka hanya demi memastikan bahwa orangtua mereka tidak memberikan segala bentuk hadiah atau hak istimewa kepada salah seorang anggota keluarga. Apabila, toh hal ini terjadi, tak ada hal-hal yang paling buruk yang tidak akan mereka katakan.

Kita dapat melihat bahwa dosa iri hati ini muncul pertama kalinya di kalangan anak-anak. Kalian akan melihat cemburu-cemburu kecil yang mereka rasakan satu sama lain apabila mereka mendapati adanya pilih kasih dari pihak orangtua. Seorang pemuda ingin menjadi satu-satunya yang dianggap memiliki kepandaian, atau terpelajar, atau berkepribadian baik. Seorang gadis ingin menjadi satu-satunya yang dikasihi, satu-satunya yang berpenampilan menarik, satu-satunya yang dikejar para pemuda; jika yang lain lebih populer dari dirinya, kalian akan melihat bagaimana si gadis akan khawatir dan sedih, bahkan menangis, mungkin, dan bukannya bersyukur kepada Tuhan karena diacuhkan makhluk ciptaan agar ia dapat terpikat kepada-Nya saja. Betapa iri hati merupakan nafsu yang menggila buta, saudara-saudaraku terkasih! Siapakah gerangan yang dapat berharap untuk memahaminya?

Sungguh sayang, kebiasaan buruk ini dapat ditemukan bahkan di kalangan mereka yang seharusnya tidak patut diperhitungkan, yaitu, di kalangan mereka yang mengaku mengamalkan agama mereka. Mereka akan memperhatikan berapa kali seseorang tertentu datang menerima Pengakuan Dosa atau bagaimana ia berlutut atau duduk sementara ia mendaraskan doa-doanya. Mereka akan mempercakapkan hal-hal ini dan mengkritik orang tersebut, sebab mereka beranggapan bahwa doa-doa atau perbuatan-perbuatan baiknya dilakukan hanya agar dilihat orang, atau dengan kata lain, bahwa semuanya itu pura-pura belaka. Kalian akan capai memberi tahu mereka bahwa perbuatan orang adalah urusan orang itu sendiri. Mereka menjadi marah dan merasa terhina apabila perilaku orang lain dianggap lebih baik dari perilaku mereka sendiri.

Kalian akan melihat iri hati bahkan di kalangan mereka yang miskin. Apabila seorang yang baik hati memberikan sedikit pemberian ekstra kepada salah seorang dari mereka, maka mereka akan memastikan untuk berbicara buruk mengenainya kepada sang dermawan, dengan harapan menjauhkan temannya itu dari pemberian selanjutnya di lain kesempatan. Tuhan terkasih, betapa kebiasaan buruk ini sungguh menjijikkan! Iri hati menyerang semua yang baik, yang rohani, pula yang duniawi.

Telah kita katakan bahwa kebiasaan buruk ini menunjukkan roh yang jahat dan picik. Betapa benarnya hal itu, sehingga tak seorang pun mau mengakui merasa iri hati, atau setidak-tidaknya tak seorang pun mau percaya bahwa ia dijangkiti oleh iri hati. Orang akan mempergunakan seribu satu macam cara untuk menyembunyikan iri hati mereka dari yang lain. Apabila seorang berbicara baik mengenai orang lain di hadapan kita, kita akan berdiam diri: kita sedih dan marah. Apabila kita harus mengatakan sesuatu, kita melakukannya dengan cara yang paling dingin dan tidak bersemangat. Tidak, anak-anakku terkasih, tak ada unsur belas kasih dalam hati yang iri. St Paulus menasehatkan kita agar bersukacita atas kebaikan yang terjadi atas sesama.

Sukacita, saudara-saudaraku, adalah apa yang harus diilhamkan belas kasih Kristiani dalam diri kita satu sama lain. Tetapi sentimen dari iri hati sungguh jauh berbeda.

Aku tidak percaya bahwa ada dosa yang lebih keji dan lebih berbahaya dari iri hati, sebab iri hati tersembunyi dan seringkali ditutupi dengan mantol keutamaan atau persahabatan yang menarik. Marilah kita lebih jauh dan memperbandingkannya dengan seekor singa, dengan seekor ular yang tertutup oleh rimbun dedaunan, yang akan menggigit kita tanpa kita mengetahuinya. Iri hati adalah sampar masyarakat yang tak mengecualikan siapa pun.

Kita menghantar diri kita sendiri ke neraka tanpa menyadarinya.

Tetapi, bagaimanakah kita akan menyembuhkan diri kita dari kebiasaan buruk ini apabila kita tidak merasa kita bersalah karenanya? Aku merasa yakin bahwa dari beribu-ribu jiwa yang iri hati, yang secara jujur memeriksa batin mereka, tak satu pun yang siap percaya dirinya terjangkiti kebiasaan buruk ini. Iri hati adalah dosa yang paling akhir dikenali.

Sebagian orang sama sekali tidak mengetahui bahwa mereka tidak mengenali seperempat dari dosa-dosa yang biasa mereka lakukan. Dan karena dosa iri hati jauh lebih sulit dikenali, maka tidaklah mengherankan bahwa begitu sedikit orang yang mengakuinya dan kemudian memperbaikinya. Karena dosa iri hati bukanlah dosa publik yang besar, yang dilakukan oleh orang-orang yang kasar dan brutal, maka mereka pikir dosa iri hati hanyalah merupakan cela kecil dalam belas kasih, sementara, sesungguhnya, dosa ini adalah dosa yang serius dan mematikan, yang mereka sembunyikan dan pelihara dalam hati mereka, kerap kali tanpa mereka sepenuhnya mengenalinya.

“Tetapi,” demikian mungkin kalian akan berpikir, “andai aku sungguh mengenalinya, aku akan melakukan yang terbaik guna memperbaikinya.”

Apabila kalian ingin dapat mengenalinya, saudara-saudaraku terkasih, hendaknyalah kalian berdoa kepada Roh Kudus memohon terang-Nya. Hanya Ia saja yang akan memberikan rahmat ini. Tak seorang pun dapat menunjukkan dosa ini kepada kalian tanpa penghukuman; sebab kalian tak hendak menyetujui atau menerimanya; kalian akan selalu menemukan sesuatu yang dapat meyakinkan diri kalian bahwa kalian tidak melakukan kesalahan dalam berpikir dan bertindak seperti yang kalian lakukan. Namun demikian, tahukah kalian apa yang dapat membantumu untuk mengetahui keadaan jiwamu dan menyingkapkan dosa keji ini yang tersembunyi dalam lubuk hatimu yang terdalam? Kerendahan hati. Sama seperti kesombongan menyembunyikan iri hati darimu, demikian pula kerendahan hati akan menyingkapkannya kepadamu.

sumber : “A Public Plague by Saint John Vianney”; www.jesus-passion.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar