Adalah seorang petani yang biasa menjual setengah kilo mentega kepada seorang tukang roti. Pada suatu saat si tukang roti itu mencoba untuk menimbang mentega yang dia sering beli itu, jangan-jangan kurang dari setengah kilo. Ternyata memang tidak sampai segitu, maka dia marah-marah dan membawa petani ke pengadilan!
Sang hakim bertanya kepada petani kalau dia menggunakan neraca atau tidak. Ia menjelaskan bahwa memang dia tak punya alat seperti itu tapi dia menggunakan timbangan. Kemudian hakim bertanya, “Jadi bagaimana cara kamu menimbang mentega yang kamu jual?” “Yang Mulia,” jawabnya, “jauh sebelum tukang roti itu membeli mentega dari saya, saya sudah biasa beli setengah kilo roti daripadanya. Tiap hari rotinya diantar ke tempat saya, saya menaruhnya di atas timbangan dan memberikan kepadanya mentega yang sama beratnya.”
Apakah pelajaran dari ceritera kecil ini? Bahwasannya di dalam hidup ini, apapun yang kita berikan itu kembali kepada kita. Orang menyebutnya “Karma.” Saya menyebutnya “Hukum Gema.” Jika saya berdiri di depan lembah dan saya berteriak, “Hello!” pasti bunyi yang bergema kembali kepada saya adalah “Hello” juga. Tidak mungkin saya berteriak “Hei orang ganteng!” dan gemanya jadi “Hei orang jelek!” Jika saya berseru “Kejahatan!” maka gema yang kembali kepada saya ialah “Kejahatan!” Dan apabila saya berseru “I LOVE YOU,” maka yang kembali kepada saya ialah “I LOVE YOU” too!
Apapun yang kita berikan itu kembali kepada kita. Sesederhana itu. Kita tidak bisa luput dari “Hukum Gema.” Kata Santo Paulus, “Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.” Dan Yesus tentang kemurahan-hati mengajar demikan, “Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”
(P.Noel,SDB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar