Jumat, 08 Oktober 2010

Seperti Apakah Allah Itu

Suatu hari seorang anak datang menghadap ayahnya dengan sebuah pertanyaan; “Daddy, Seperti apakah Allah itu?” Sebuah pertanyaan yang nampaknya begitu lugu dan sederhana. Namun dalam upaya untuk memberikan jawaban yang bisa diterima oleh anaknya yang baru berumur lima tahun itu, sang ayah menemukan bahwa pertanyaan tersebut tidaklah sesederhana apa yang dibayangkannya semula. Ia tak mampu memberikan jawaban yang bisa memuaskan. Akhirnya seperti halnya yang biasa diperbuat oleh para bapak yang lain, ia berkata kepada anaknya; “Pergilah kepada ibumu dan tanyakan itu padanya. Ia pasti tahu jawabannya.”

Anak tersebut meninggalkan ayahnya untuk bertemu sang ibu serta melontarkan pertanyaan yang sama. “Bu, Seperti apakah Allah itu?” Dengan segera sang ibu sadar bahwa pertanyaan yang dilontarkan oleh anak puterinya itu bukanlah pertanyaan yang mudah dan ia sendiri tak memiliki jawaban yang memadai. Karena itu sang ibu menjawab; “Bawalah pertanyaanmu itu dan tanyakanlah kepada guru sekolah minggu. Aku yakin guru sekolah minggu tahu jawabannya.”

Hari minggu tiba dan anak tersebut dengan penuh antusias datang ke gereja paroki dengan harapan bahwa ia akan merasa puas karena pertanyaannya akan menemukan jawabannya. Setelah mendengar pertanyaan anak tersebut, guru sekolah minggu menjawab; “Ajukanlah pertanyaanmu itu kepada kedua orang tuamu. Mereka pasti tahu jawabannya.”

Dengan penuh rasa kecewa anak itu pulang ke rumah. Dalam perjalanannya ia berdesah seakan bergumam kepada dirinya; “ Ayah dan ibu serta guru sekolah minggu pernah katakan bahwa mereka hidup bersama dan dalam Allah. Kalau seandainya saya sudah hidup bersama dengan Allah dalam jangka waktu yang sama seperti ayah dan ibuku atau guru sekolah minggu, aku yakin aku akan bisa mengatakan kepada seorang anak seperti apakah Allah itu.”

Apabila ada orang bertanya kepada anda, apakah anda juga bisa menjawabi pertanyaan “Seperti apakah Allah itu?” Peristiwa Jumat Agung tentu akan memberikan jawaban yang begitu pasti; “ Allah begitu mencintai manusia dan memberikan anakNya yang tunggal.”Allahku adalah Allah yang rela mati demi diriku yang berdosa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar