oleh -Priscillia Kiroh-
Peristiwa ini terjadi pada hari senin malam tgl 14 September 2009. Jam 7 mlm keluarga kami baru selesai makan malam sehabis makan tiba2 lampu padam. Jam 8 mlm suamiku kembali ke tempat kerja dan saya bersama ke2 anak saya masuk tidur. Karena udara pada malam itu terasa panas saya keluar dari kamar menuju ke teras untuk mendapatkan udara sejuk. Karena saya merasa udara di teras terasa sejuk saya mengambil karpet plastik dan saya alas dilantai teras dan saya berbaring.
Kemudian datang salah satu orang kos yang bernama keti, dia menemani saya dan kami berdua ber-cakap2. Sementara kami berdua bercerita datang lagi salah satu orang kos bernama Hilda. Waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Sementara kami ber3 bercerita suamiku pulang dari tempat kerja jam 9.15 suamiku langsung masuk ke dalam tiba2 dia berteriak kebakaran dan berlari keluar. Kami semua langsung panik dan saya berlari kedalam untuk melihat sumber api dari mana ternyata api berasal dari kamarnya Hilda. Kemudian saya dan suami berlari ke kamar paling depan untuk mengambil ke2 anak kami yang sedang tertidur lelap. Kami langsung berlari keluar menuju ke rumah tetangga kami.
Kemudian saya kembali ke rumah menuju kamar saya untuk mengambil barang2 yang berharga. Waktu itu api masih dibagian belakang. Sementara saya men-cari2 barang apa yang akan diambil suamiku masuk kekamar dan menarik tanganku untuk keluar. Badan saya terasa panas ternyata api sudah menjalar ke depan. Saya dan suamiku langsung berlari keluar. Sampai di halaman rmh saya langsung menangis sambil berteriak oh TUHAN mengapa peristiwa ini harus terjadi pada keluarga kami. Teman saya datang dan membawa saya dan suami saya kerumahnya. Sampai dirumahnya mereka memberikan segelas air putih dan menghibur saya lewat nasehat2.
Akhirnya saya menjadi tenang dan duduk di depan rumah teman saya sambil memandang kobaran api si jago merah yang membakar tempat tinggal kami. Orang-orang banyak yang berdatangan. Lapangan bantik dan jalan belakang dipenuhi dengan orang2. Mereka datang dan memberikan kata2 nasehat dan dorongan kepada kami. Tak lama kemudian datang mobil pemadam dan kepolisian. Disaat saya tenang suamiku yang shok tapi syukur kpd TUHAN dia langsung tenang kembali. Setelah api sudah padam saya kembali ke rumah untuk melihat situasi dan keadaan rumah kami. Saya melihat rumah kami sudah habis dari depan sampai tempat makan belakang. Jam 12 saya dan suami saya ke rumah kakak saya. Dengan terjadinya musibah ini satu hal yang saya syukuri yaitu keluarga kami dan semua orang2 kos selamat.
Hati kami juga sangat terharu dengan kepedulian dari semua orang yang turut prihatin dengan musibah kebakaran yang terjadi pada kel kami Sege Kiroh. Akhir dari tulisan ini saya ingin mengatakan bahwa TUHAN adalah sumber kekuatan dan penghiburan bagi keluarga kami. Apa yang TUHAN buat baik adanya dan TUHAN mempunyai rencana yang indah yang tlah TUHAN siapkan bagi masa depan yang penuh harapan
SEMUA HANYA KARENA KASIH DAN KEMURAHAN TUHAN
Detik berganti detik, menit berganti menit, jam berganti jam, hari berganti hari, bulan berganti bln, tak terasa 2 bln sudah berlalu. Masih terbayang dlm ingatanku peristiwa 2 bln yg lalu tepatx tgl 14 sept hari senin mlm jam 9, keluarga kami mengalami suatu musibah yaitu rumah kami mengalami kebakaran. Tapi puji syukur kami panjatkan kpd TUHAN kalau sampai hari ini keluarga kami masih diberikan kesehatan dan kekuatan oleh TUHAN. Sungguh segala pujian, kehormatan dan kemuliaan hanya untuk BAPA di Sorga yg empunya langit dan bumi. Sungguh TUHAN amat baik terlalu baik dan sangat baik dlm kehidupan keluarga kami.
Apa yg tak pernah kami pikirkan itu yg TUHAN sediakan bagi keluarga kami dimana pada hari sabtu tgl 14 Nov 2009 keluarga kami boleh menempati tempat tinggal yg baru. Hanya dlm jangka waktu 2 bln TUHAN menggantikan rumah kami yg terbakar dgn yg baru sekalipun hanya kecil mungil tapi kami sangat bersukacita. Ini semua boleh terjadi hanya karena Kasih, Anugrah, Kemurahan dan Berkat TUHAN yg sudah berlaku dlm kehidupan rumah tangga kami. Saya sebagai seorang ibu sangat senang melihat kegembiraan ke2 anak saya ketika mereka melompat lompat di atas tempat tidur yg baru. Sungguh luar biasa apa yg sdh TUHAN buat bagi keluarga kami.
Di akhir catatan saya, sekali lagi saya panjatkan pujian dan ucapan syukur kpd BAPA di Sorga kpd TUHAN YESUS KRISTUS dan kpd ROH KUDUS yg sdh memberikan kekuatan, penghiburan, kemurahan, anugrah dan berkat yg besar bagi keluarga kami. Terima kasih juga kpd semua saudara saudari sekalian dan semua pihak yg sdh membantu dan memberikan perhatian bagi keluarga kami kel Sege Kiroh. SHALOM PUJI TUHAN AMIN :-)
1 Yohanes 4:10 "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus anakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita"
Kamis, 21 Oktober 2010
Mukjizat itu nyata
Salam kasih Tuhan Yesus
Saya akan mensharingkan pengalaman saya bersama Tuhan Yesus.
Mahasiswi ini sudah lama jantungnya bocor sejak masih kecil, namun semangat hidupnya begitu kuat.
Begini Ceritanya :
Pada suatu hari seorang mahasiswi datang kepadaku, untuk melakukan bimbingan Kuliah Kerja Praktek, di mana sebelum nya si mahasiswi itu sakit dan dirawat di rumah sakit yang ada di Medan, setelah agak sehat dia ke Jakarta lagi untu menyelesaikan kuliahnya dengan ditemani pacarnya. Waktu ketemu dengan saya, wajahnya kelihatan hitam seperti seorang yang sudah meninggal. kemudian saya menawarkan kesembuhan bersama Yesus melalui doa bersamanya, lalu ditanggapi dengan baik oleh mahasiswinya.
Doa bersama dimulai dan saya menopangkan tangan saya ke kepalanya dan mengarahkan tangan saya ke arah tubuhnya dengan memohon kepada Tuhan Yesus agar semua sakit yang diderita mahasiswi ini bisa diangkat dan disembuhkan.
Setelah berdoa bersama, saya menanyakan kepada Mahasiswi itu apa yang dirasakan selama berdoa tadi. lalu mahasiswi itu bercerita, saya melihat malaikat ada dua, ada yang hitam dan ada yang putih, kemudian saya berkata kepada mahasiswi kamu harus mengikuti malaikat yang putih, lalu mahasiswi menjawab ya pak.
Besok Pagi mahasiswi itu datang lagi kepada saya untuk bimbingan lagi, lalu spontan saya berkata apa kamu ada mimpi, lalu mahasiswi itu berkata ada pak, coba ceritakan kepada saya. Setelah itu mahasiswi bercerita soal mimpi itu, begini ceritanya : mahasiswi berkata dalam mimpi saya, saya bertemu dengan kedua malaikat itu lagi, lalu saya bertanya kamu ikut malikat yang mana, kata mahasiswi, saya ikut malaikat putih pak, kemudian saya berkata kamu akan sembuh penyakitnya.
Setelah beberapa hari kemudian mahasiswi datang lagi kepada saya, kata mahasiswi saya sudah periksakan penyakit saya ke dokter dan dokter itu berkata sudah sembuh total, maka saya berpesan kepada mahasiswi, anda harus bersyukur kepada Tuhan Yesus.
Motivasi :
Bagi orang yang percaya dan mau menyerahkan hidupnya kepada Tuhan Yesus, maka akan memperoleh berkat kelimpahan. amin
Salam Kasih
Tuhan Memberkati
Oleh : Kasih Yahya
Saya akan mensharingkan pengalaman saya bersama Tuhan Yesus.
Mahasiswi ini sudah lama jantungnya bocor sejak masih kecil, namun semangat hidupnya begitu kuat.
Begini Ceritanya :
Pada suatu hari seorang mahasiswi datang kepadaku, untuk melakukan bimbingan Kuliah Kerja Praktek, di mana sebelum nya si mahasiswi itu sakit dan dirawat di rumah sakit yang ada di Medan, setelah agak sehat dia ke Jakarta lagi untu menyelesaikan kuliahnya dengan ditemani pacarnya. Waktu ketemu dengan saya, wajahnya kelihatan hitam seperti seorang yang sudah meninggal. kemudian saya menawarkan kesembuhan bersama Yesus melalui doa bersamanya, lalu ditanggapi dengan baik oleh mahasiswinya.
Doa bersama dimulai dan saya menopangkan tangan saya ke kepalanya dan mengarahkan tangan saya ke arah tubuhnya dengan memohon kepada Tuhan Yesus agar semua sakit yang diderita mahasiswi ini bisa diangkat dan disembuhkan.
Setelah berdoa bersama, saya menanyakan kepada Mahasiswi itu apa yang dirasakan selama berdoa tadi. lalu mahasiswi itu bercerita, saya melihat malaikat ada dua, ada yang hitam dan ada yang putih, kemudian saya berkata kepada mahasiswi kamu harus mengikuti malaikat yang putih, lalu mahasiswi menjawab ya pak.
Besok Pagi mahasiswi itu datang lagi kepada saya untuk bimbingan lagi, lalu spontan saya berkata apa kamu ada mimpi, lalu mahasiswi itu berkata ada pak, coba ceritakan kepada saya. Setelah itu mahasiswi bercerita soal mimpi itu, begini ceritanya : mahasiswi berkata dalam mimpi saya, saya bertemu dengan kedua malaikat itu lagi, lalu saya bertanya kamu ikut malikat yang mana, kata mahasiswi, saya ikut malaikat putih pak, kemudian saya berkata kamu akan sembuh penyakitnya.
Setelah beberapa hari kemudian mahasiswi datang lagi kepada saya, kata mahasiswi saya sudah periksakan penyakit saya ke dokter dan dokter itu berkata sudah sembuh total, maka saya berpesan kepada mahasiswi, anda harus bersyukur kepada Tuhan Yesus.
Motivasi :
Bagi orang yang percaya dan mau menyerahkan hidupnya kepada Tuhan Yesus, maka akan memperoleh berkat kelimpahan. amin
Salam Kasih
Tuhan Memberkati
Oleh : Kasih Yahya
Jumat, 08 Oktober 2010
Sebuah Kursi Kosong
Seorang gadis mengundang pastor Paroki untuk datang ke rumahnya mendoakan ayahnya yang sedang sakit. Pada waktu pastor datang, ia mendapati seorang bapak tua yang sedang berbaring lemah di tempat tidur, dan sebuah kursi kosong di depannya.
“Tentu anda telah menanti saya”, kata si Pastor.
“Tidak, siapakah anda?”, tanya bapak itu.
Pastorpun memperkenalkan diri dan berkata, “Saya melihat kursi kosong ini, saya kira Bapak sudah tahu kalau saya akan datang.”
“Oo, kursi itu,” kata si Bapak, “Maukah anda menutup pintu kamar itu?”
Sambil bertanya-tanya dalam hati, Pastorpun menutup pintu kamar.
“Saya mempunyai sebuah rahasia, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya, bahkan putri tunggal sayapun tidak tahu,” kata si Bapak. “Seumur hidupku saya tidak pernah tahu bagaimana caranya berdoa. Di gereja saya pernah mendengarkan kotbah Pastor tentang bagaimana caranya berdoa, tapi semuanya itu berlalu begitu saja dari kepala saya.”
“Semua cara sudah saya coba, tapi selalu gagal,” lanjut si Bapak, “Sampai pada suatu hari, tepatnya 4 tahun yang lalu, seorang sahabat karib saya mengajari suatu cara yang amat sederhana untuk dapat bercakap-cakap dengan Yesus.”
“Dia mengajari saya begini : duduklah di kursi, letakkan sebuah kursi kosong di depanmu, lalu bayangkan Yesus duduk di atas kursi tersebut. Ini bukan hantuNya lho, karena Ia telah berjanji “akan senantiasa besertamu”, kemudian berbicaralah biasa seperti halnya kamu sedang bercakap-cakap dengan saya saat ini.”
“Sayapun mencoba cara yang diberikan teman saya itu, dan sayapun dapat menikmatinya. Setiap hari saya melakukannya sampai beberapa jam. Semuanya itu saya lakukan secara sembunyi-sembunyi, agar putri saya tidak menganggap saya gila kalau melihat saya bercakap-cakap dengan kursi kosong.”
Si Pastor sangat tersentuh akan cerita Bapak itu, dan memberi dorongan agar si Bapak tetap melanjutkan kebiasaan berdoa tersebut. Setelah berdoa bersama, dan memberinya Sakramen Perminyakan, Pastorpun pulang. Dua hari kemudian, si gadis memberitahu Pastor kalau ayahnya telah meninggal tadi siang.
“Apakah ia meninggal dengan damai?” tanya si Pastor.
“Ya, waktu saya pamit untuk membeli beberapa keperluan ke toko siang itu, ayah memanggil saya dan mengatakan bahwa ia sangat mencintai saya, lalu mencium kedua pipi saya. Satu jam kemudian, pada waktu saya pulang dari berbelanja, saya mendapati ayah sudah meninggal.”
“Tapi ada suatu kejadian yang aneh waktu ayah meninggal. Ia meninggal dalam posisi duduk diatas tempat tidur dengan kepala tersandar pada kursi kosong yang ada di sebelah tempat tidur. Bagaimana pendapat Pastor?”
Sambil mengusap air matanya, Pastorpun berkata, “Saya berharap kita semua kelak dapat meninggal dengan cara itu.”
“Tentu anda telah menanti saya”, kata si Pastor.
“Tidak, siapakah anda?”, tanya bapak itu.
Pastorpun memperkenalkan diri dan berkata, “Saya melihat kursi kosong ini, saya kira Bapak sudah tahu kalau saya akan datang.”
“Oo, kursi itu,” kata si Bapak, “Maukah anda menutup pintu kamar itu?”
Sambil bertanya-tanya dalam hati, Pastorpun menutup pintu kamar.
“Saya mempunyai sebuah rahasia, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya, bahkan putri tunggal sayapun tidak tahu,” kata si Bapak. “Seumur hidupku saya tidak pernah tahu bagaimana caranya berdoa. Di gereja saya pernah mendengarkan kotbah Pastor tentang bagaimana caranya berdoa, tapi semuanya itu berlalu begitu saja dari kepala saya.”
“Semua cara sudah saya coba, tapi selalu gagal,” lanjut si Bapak, “Sampai pada suatu hari, tepatnya 4 tahun yang lalu, seorang sahabat karib saya mengajari suatu cara yang amat sederhana untuk dapat bercakap-cakap dengan Yesus.”
“Dia mengajari saya begini : duduklah di kursi, letakkan sebuah kursi kosong di depanmu, lalu bayangkan Yesus duduk di atas kursi tersebut. Ini bukan hantuNya lho, karena Ia telah berjanji “akan senantiasa besertamu”, kemudian berbicaralah biasa seperti halnya kamu sedang bercakap-cakap dengan saya saat ini.”
“Sayapun mencoba cara yang diberikan teman saya itu, dan sayapun dapat menikmatinya. Setiap hari saya melakukannya sampai beberapa jam. Semuanya itu saya lakukan secara sembunyi-sembunyi, agar putri saya tidak menganggap saya gila kalau melihat saya bercakap-cakap dengan kursi kosong.”
Si Pastor sangat tersentuh akan cerita Bapak itu, dan memberi dorongan agar si Bapak tetap melanjutkan kebiasaan berdoa tersebut. Setelah berdoa bersama, dan memberinya Sakramen Perminyakan, Pastorpun pulang. Dua hari kemudian, si gadis memberitahu Pastor kalau ayahnya telah meninggal tadi siang.
“Apakah ia meninggal dengan damai?” tanya si Pastor.
“Ya, waktu saya pamit untuk membeli beberapa keperluan ke toko siang itu, ayah memanggil saya dan mengatakan bahwa ia sangat mencintai saya, lalu mencium kedua pipi saya. Satu jam kemudian, pada waktu saya pulang dari berbelanja, saya mendapati ayah sudah meninggal.”
“Tapi ada suatu kejadian yang aneh waktu ayah meninggal. Ia meninggal dalam posisi duduk diatas tempat tidur dengan kepala tersandar pada kursi kosong yang ada di sebelah tempat tidur. Bagaimana pendapat Pastor?”
Sambil mengusap air matanya, Pastorpun berkata, “Saya berharap kita semua kelak dapat meninggal dengan cara itu.”
Tuhan Itu Ada
Ini adalah kisah nyata yang terjadi beberapa tahun lalu di USC (University of Southern California). Di sana ada seorang profesor filosofi yang mengaku atheis. Tujuan utamanya selama kelas semester adalah berusaha membuktikan bahwa Tuhan itu tidak ada. Para mahasiswanya selalu takut untuk berargumentasi dengan dia karena logikanya yang sangat masuk akal.
Telah 20 tahun berselang ia mengajar kelasnya dan tidak seorang pun berani menentangnya. Beberapa mahasiswa memang pernah mencoba, tapi tidak seorangpun berhasil karena reputasinya. Di akhir setiap semester, pada hari terakhir, dia selalu berkata di hadapan 300 orang mahasiswanya, "Bila ada yang masih percaya pada Yesus, silahkan berdiri!" Selama duapuluh tahun, tidak seorang pun yang berani berdiri. Mahasiswanya sudah tahu apa yang akan dilakukan profesor tsb selanjutnya. ia akan berkata, "Siapapun yang percaya pada Tuhan adalah seorang yang tolol. Bila Tuhan memang ada, Ia mampu memberhentikan kapur ini jatuh mengenai lantai dan tidak pecah. Contoh sederhana untuk membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan, dan memang Ia tidak dapat melakukannya." Dan setiap tahun, profesor tersebut menjatuhkan kapur ke lantai dan kapur itu pecah menjadi ratusan potongan. Semua mahasiswanya tidak dapat berbuat apa-apa selain diam dan menyaksikannya. Kebanyakan mahasiswanya terlalu takut untuk berdiri.
Beberapa tahun kemudian seorang mahasiswa muda mendaftarkan diri pada kelas profesor tsb. Ia adalah seorang Kristen dan sudah mendengar cerita tentang bakal profesornya. Ia wajib mengikuti kelas profesor tersebut dan dia merasa gentar menghadapinya. Untuk 3 bulan semesternya, ia berdoa setiap pagi supaya ia dimampukan untuk berdiri, apapun yang akan dikatakan profesor dan yang dipikirkan oleh rekan-rekannya. Tidak ada yang dapat melemahkan imannya, ia hanya berharap. Akhirnya hari terakhir itu tiba. Profesor tersebut berkata, "Bila ada di antara anda yang masih percaya pada Tuhan, silahkan berdiri." Profesor dan 300 orang mahasiswanya terkejut melihat seorang mahasiswa muda yang berdiri di bagian belakang kelas. Profesor tersebut berteriak,"Anda bodoh !!! Bila Tuhan benar-benar ada Ia akan mampu mencegah kapur ini pecah saat menyentuh lantai!"Ia bersiap melepaskan kapur yang dipegangnya.Tapi saat ia melepaskannya, kapur tersebut terlepas dari jarinya dan masuk ke lengan bajunya, meluncur terus ke celananya melewati kakinya hingga ke sepatunya. Saat menyentuh lantai kapur tersebut tidak pecah.
Kesombongan profesor luluh saat ia melihat kapur tersebut. Ia menatap mahasiswa muda tadi dan segera lari dari ruangan kuliah. Mahasiswa yang berdiri tadi, berjalan ke depan kelas dan berbagi iman tentang Yesus selama 30 menit. Tiga ratus mahasiswa bertahan dan mendengarkan saat ia menceritakan kasih Tuhan untuk mereka dan KuasaNya melalui Yesus.
"Stand Up for Jesus! "Ye soldier of God ! "MULIAKAN NAMA YESUS KRISTUS DI TEMPAT YANG MAHA TINGGI"
Telah 20 tahun berselang ia mengajar kelasnya dan tidak seorang pun berani menentangnya. Beberapa mahasiswa memang pernah mencoba, tapi tidak seorangpun berhasil karena reputasinya. Di akhir setiap semester, pada hari terakhir, dia selalu berkata di hadapan 300 orang mahasiswanya, "Bila ada yang masih percaya pada Yesus, silahkan berdiri!" Selama duapuluh tahun, tidak seorang pun yang berani berdiri. Mahasiswanya sudah tahu apa yang akan dilakukan profesor tsb selanjutnya. ia akan berkata, "Siapapun yang percaya pada Tuhan adalah seorang yang tolol. Bila Tuhan memang ada, Ia mampu memberhentikan kapur ini jatuh mengenai lantai dan tidak pecah. Contoh sederhana untuk membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan, dan memang Ia tidak dapat melakukannya." Dan setiap tahun, profesor tersebut menjatuhkan kapur ke lantai dan kapur itu pecah menjadi ratusan potongan. Semua mahasiswanya tidak dapat berbuat apa-apa selain diam dan menyaksikannya. Kebanyakan mahasiswanya terlalu takut untuk berdiri.
Beberapa tahun kemudian seorang mahasiswa muda mendaftarkan diri pada kelas profesor tsb. Ia adalah seorang Kristen dan sudah mendengar cerita tentang bakal profesornya. Ia wajib mengikuti kelas profesor tersebut dan dia merasa gentar menghadapinya. Untuk 3 bulan semesternya, ia berdoa setiap pagi supaya ia dimampukan untuk berdiri, apapun yang akan dikatakan profesor dan yang dipikirkan oleh rekan-rekannya. Tidak ada yang dapat melemahkan imannya, ia hanya berharap. Akhirnya hari terakhir itu tiba. Profesor tersebut berkata, "Bila ada di antara anda yang masih percaya pada Tuhan, silahkan berdiri." Profesor dan 300 orang mahasiswanya terkejut melihat seorang mahasiswa muda yang berdiri di bagian belakang kelas. Profesor tersebut berteriak,"Anda bodoh !!! Bila Tuhan benar-benar ada Ia akan mampu mencegah kapur ini pecah saat menyentuh lantai!"Ia bersiap melepaskan kapur yang dipegangnya.Tapi saat ia melepaskannya, kapur tersebut terlepas dari jarinya dan masuk ke lengan bajunya, meluncur terus ke celananya melewati kakinya hingga ke sepatunya. Saat menyentuh lantai kapur tersebut tidak pecah.
Kesombongan profesor luluh saat ia melihat kapur tersebut. Ia menatap mahasiswa muda tadi dan segera lari dari ruangan kuliah. Mahasiswa yang berdiri tadi, berjalan ke depan kelas dan berbagi iman tentang Yesus selama 30 menit. Tiga ratus mahasiswa bertahan dan mendengarkan saat ia menceritakan kasih Tuhan untuk mereka dan KuasaNya melalui Yesus.
"Stand Up for Jesus! "Ye soldier of God ! "MULIAKAN NAMA YESUS KRISTUS DI TEMPAT YANG MAHA TINGGI"
Seperti Apakah Allah Itu
Suatu hari seorang anak datang menghadap ayahnya dengan sebuah pertanyaan; “Daddy, Seperti apakah Allah itu?” Sebuah pertanyaan yang nampaknya begitu lugu dan sederhana. Namun dalam upaya untuk memberikan jawaban yang bisa diterima oleh anaknya yang baru berumur lima tahun itu, sang ayah menemukan bahwa pertanyaan tersebut tidaklah sesederhana apa yang dibayangkannya semula. Ia tak mampu memberikan jawaban yang bisa memuaskan. Akhirnya seperti halnya yang biasa diperbuat oleh para bapak yang lain, ia berkata kepada anaknya; “Pergilah kepada ibumu dan tanyakan itu padanya. Ia pasti tahu jawabannya.”
Anak tersebut meninggalkan ayahnya untuk bertemu sang ibu serta melontarkan pertanyaan yang sama. “Bu, Seperti apakah Allah itu?” Dengan segera sang ibu sadar bahwa pertanyaan yang dilontarkan oleh anak puterinya itu bukanlah pertanyaan yang mudah dan ia sendiri tak memiliki jawaban yang memadai. Karena itu sang ibu menjawab; “Bawalah pertanyaanmu itu dan tanyakanlah kepada guru sekolah minggu. Aku yakin guru sekolah minggu tahu jawabannya.”
Hari minggu tiba dan anak tersebut dengan penuh antusias datang ke gereja paroki dengan harapan bahwa ia akan merasa puas karena pertanyaannya akan menemukan jawabannya. Setelah mendengar pertanyaan anak tersebut, guru sekolah minggu menjawab; “Ajukanlah pertanyaanmu itu kepada kedua orang tuamu. Mereka pasti tahu jawabannya.”
Dengan penuh rasa kecewa anak itu pulang ke rumah. Dalam perjalanannya ia berdesah seakan bergumam kepada dirinya; “ Ayah dan ibu serta guru sekolah minggu pernah katakan bahwa mereka hidup bersama dan dalam Allah. Kalau seandainya saya sudah hidup bersama dengan Allah dalam jangka waktu yang sama seperti ayah dan ibuku atau guru sekolah minggu, aku yakin aku akan bisa mengatakan kepada seorang anak seperti apakah Allah itu.”
Apabila ada orang bertanya kepada anda, apakah anda juga bisa menjawabi pertanyaan “Seperti apakah Allah itu?” Peristiwa Jumat Agung tentu akan memberikan jawaban yang begitu pasti; “ Allah begitu mencintai manusia dan memberikan anakNya yang tunggal.”Allahku adalah Allah yang rela mati demi diriku yang berdosa ini.
Anak tersebut meninggalkan ayahnya untuk bertemu sang ibu serta melontarkan pertanyaan yang sama. “Bu, Seperti apakah Allah itu?” Dengan segera sang ibu sadar bahwa pertanyaan yang dilontarkan oleh anak puterinya itu bukanlah pertanyaan yang mudah dan ia sendiri tak memiliki jawaban yang memadai. Karena itu sang ibu menjawab; “Bawalah pertanyaanmu itu dan tanyakanlah kepada guru sekolah minggu. Aku yakin guru sekolah minggu tahu jawabannya.”
Hari minggu tiba dan anak tersebut dengan penuh antusias datang ke gereja paroki dengan harapan bahwa ia akan merasa puas karena pertanyaannya akan menemukan jawabannya. Setelah mendengar pertanyaan anak tersebut, guru sekolah minggu menjawab; “Ajukanlah pertanyaanmu itu kepada kedua orang tuamu. Mereka pasti tahu jawabannya.”
Dengan penuh rasa kecewa anak itu pulang ke rumah. Dalam perjalanannya ia berdesah seakan bergumam kepada dirinya; “ Ayah dan ibu serta guru sekolah minggu pernah katakan bahwa mereka hidup bersama dan dalam Allah. Kalau seandainya saya sudah hidup bersama dengan Allah dalam jangka waktu yang sama seperti ayah dan ibuku atau guru sekolah minggu, aku yakin aku akan bisa mengatakan kepada seorang anak seperti apakah Allah itu.”
Apabila ada orang bertanya kepada anda, apakah anda juga bisa menjawabi pertanyaan “Seperti apakah Allah itu?” Peristiwa Jumat Agung tentu akan memberikan jawaban yang begitu pasti; “ Allah begitu mencintai manusia dan memberikan anakNya yang tunggal.”Allahku adalah Allah yang rela mati demi diriku yang berdosa ini.
Sekawanan Angsa dan Badai Salju
Ada seorang pria yang tidak percaya Tuhan, bahkan ia ragu mengenai keberadaan Tuhan. Ia dan keluarganya tinggal di suatu daerah pertanian. Istrinya adalah orang yang percaya kepada Tuhan dan mendidik anak-anaknya dengan ajaran agama. Kadang-kadang pria itu mengejek keyakinan istrinya dan terus-menerus meyakinkan istrinya bahwa Tuhan itu tidak ada.
"Itu omong kosong! Kenapa Tuhan merendahkan diri-Nya sendiri dan menjadi manusia seperti kita? Itu adalah cerita yang paling menggelikan.." kata pria itu.
Pada suatu hari di musim salju, istri dan anak-anaknya pergi ke gereja dan meninggalkan pria itu di rumah sendirian. Setelah mereka pergi, tiba-tiba angin bertambah kencang dan salju mulai turun di tengah-tengah badai. Pria itu duduk untuk bersantai di depan api unggun. Kemudian, ia mendengar suatu bunyi yang sangat keras. Sesuatu telah menghantam jendela rumahnya. Dan, muncul lagi bunyi hantaman tersebut.
Ia melihat dari jendela untuk mengetahui apa yang terjadi, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa. Lalu ia nekad keluar untuk melihat lebih jelas. Di lahan dekat rumahnya, ia melihat suatu kejanggalan, yaitu sekawanan angsa. Angsa-angsa tersebut tampaknya hendak terbang untuk mencari daerah yang lebih hangat di selatan, tetapi mereka terjebak di badai salju ini. Badai salju tersebut telah menutupi penglihatan mereka untuk terbang ke selatan. Mereka terjebak di tanah pertanian pria itu, tanpa makanan dan tempat bernaung, tidak bisa melakukan apa-apa, hanya menggeleparkan sayap mereka dan terbang pendek tanpa arah. Pria itu merasa kasihan melihat sekawanan angsa tersebut dan ingin membantu mereka. Ia berpikir, gudang di tanah pertaniannya mungkin bisa menjadi tempat yang baik bagi sekawanan angsa itu untuk tinggal. Tempat itu hangat dan aman, tentunya mereka dapat tinggal di situ semalam sambil menunggu badai salju berhenti. Maka, ia membuka pintu gudang tersebut bagi sekawanan angsa tersebut.
Ia menunggu, mengamati mereka, berharap mereka memperhatikan pintu gudang yang terbuka itu dan masuk ke dalam. Akan tetapi, sekawanan angsa tersebut tidak menyadarinya. Kemudian, ia berjalan menuju mereka untuk mendapatkan perhatian mereka, tetapi mereka malah menghindar darinya karena ketakutan.
Ia masuk ke rumah dan keluar dengan membawa beberapa potong roti, memecahkan roti itu, dan menjatuhkan roti itu untuk membuat jejak ke gudang bagi sekawanan angsa tersebut. Tetapi angsa-angsa tersebut tidak mengerti apa yang dilakukannya.
Pria itu mulai frustasi, maka ia mulai mencoba mengusir sekawanan angsa itu ke arah gudang. Angsa-angsa tersebut panik dan berkeliaran ke segala arah kecuali ke arah gudang itu. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk menunjukkan angsa-angsa tersebut ke arah yang benar di mana mereka bisa tinggal dengan aman, hangat dan terlindungi. Akhirnya, pria itu benar-benar frustasi, ia berseru, "Kenapa mereka tidak mengikutiku? Apakah mereka tahu, bahwa gudang itu adalah satu-satunya tempat di mana mereka bisa selamat dari badai salju? Bagaimana bisa aku mengajak mereka ke suatu tempat untuk menyelamatkan mereka?"
Ia berpikir sejenak dan menyadari bahwa angsa-angsa tersebut tidak ingin mengikuti manusia. Ia berkata kepada dirinya sendiri, "Bagaimana aku bisa menyelamatkan mereka? Satu-satunya cara yang mungkin adalah menjadi salah satu dari mereka. Jika aku bisa menjadi salah satu dari mereka, maka aku pasti bisa menyelamatkan mereka. Mereka akan mengikutiku dan aku akan mengajak mereka ke arah keselamatan."
Saat itu, ia diam dan memikirkan apa yang telah dikatakannya. Kata-kata yang diucapkannya itu mengiang di pikirannya : Jika aku bisa menjadi salah satu dari mereka, maka aku pasti bisa menyelamatkan mereka. Akhirnya, ia mengerti apa kasih Tuhan terhadap manusia dengan menjadi salah satu dari manusia untuk menyelamatkan manusia dan ia berlutut di atas salju untuk dan menyesali perbuatannya.
-----------------------------------------------------------------
Karena cinta Tuhan terhadap manusia, maka Ia memberikan putra tunggalnya. Karena Tuhan mengirim putraNya bukan untuk menghakimi manusia, tetapi untuk menyelamatkan manusia melalui putraNya
"Itu omong kosong! Kenapa Tuhan merendahkan diri-Nya sendiri dan menjadi manusia seperti kita? Itu adalah cerita yang paling menggelikan.." kata pria itu.
Pada suatu hari di musim salju, istri dan anak-anaknya pergi ke gereja dan meninggalkan pria itu di rumah sendirian. Setelah mereka pergi, tiba-tiba angin bertambah kencang dan salju mulai turun di tengah-tengah badai. Pria itu duduk untuk bersantai di depan api unggun. Kemudian, ia mendengar suatu bunyi yang sangat keras. Sesuatu telah menghantam jendela rumahnya. Dan, muncul lagi bunyi hantaman tersebut.
Ia melihat dari jendela untuk mengetahui apa yang terjadi, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa. Lalu ia nekad keluar untuk melihat lebih jelas. Di lahan dekat rumahnya, ia melihat suatu kejanggalan, yaitu sekawanan angsa. Angsa-angsa tersebut tampaknya hendak terbang untuk mencari daerah yang lebih hangat di selatan, tetapi mereka terjebak di badai salju ini. Badai salju tersebut telah menutupi penglihatan mereka untuk terbang ke selatan. Mereka terjebak di tanah pertanian pria itu, tanpa makanan dan tempat bernaung, tidak bisa melakukan apa-apa, hanya menggeleparkan sayap mereka dan terbang pendek tanpa arah. Pria itu merasa kasihan melihat sekawanan angsa tersebut dan ingin membantu mereka. Ia berpikir, gudang di tanah pertaniannya mungkin bisa menjadi tempat yang baik bagi sekawanan angsa itu untuk tinggal. Tempat itu hangat dan aman, tentunya mereka dapat tinggal di situ semalam sambil menunggu badai salju berhenti. Maka, ia membuka pintu gudang tersebut bagi sekawanan angsa tersebut.
Ia menunggu, mengamati mereka, berharap mereka memperhatikan pintu gudang yang terbuka itu dan masuk ke dalam. Akan tetapi, sekawanan angsa tersebut tidak menyadarinya. Kemudian, ia berjalan menuju mereka untuk mendapatkan perhatian mereka, tetapi mereka malah menghindar darinya karena ketakutan.
Ia masuk ke rumah dan keluar dengan membawa beberapa potong roti, memecahkan roti itu, dan menjatuhkan roti itu untuk membuat jejak ke gudang bagi sekawanan angsa tersebut. Tetapi angsa-angsa tersebut tidak mengerti apa yang dilakukannya.
Pria itu mulai frustasi, maka ia mulai mencoba mengusir sekawanan angsa itu ke arah gudang. Angsa-angsa tersebut panik dan berkeliaran ke segala arah kecuali ke arah gudang itu. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk menunjukkan angsa-angsa tersebut ke arah yang benar di mana mereka bisa tinggal dengan aman, hangat dan terlindungi. Akhirnya, pria itu benar-benar frustasi, ia berseru, "Kenapa mereka tidak mengikutiku? Apakah mereka tahu, bahwa gudang itu adalah satu-satunya tempat di mana mereka bisa selamat dari badai salju? Bagaimana bisa aku mengajak mereka ke suatu tempat untuk menyelamatkan mereka?"
Ia berpikir sejenak dan menyadari bahwa angsa-angsa tersebut tidak ingin mengikuti manusia. Ia berkata kepada dirinya sendiri, "Bagaimana aku bisa menyelamatkan mereka? Satu-satunya cara yang mungkin adalah menjadi salah satu dari mereka. Jika aku bisa menjadi salah satu dari mereka, maka aku pasti bisa menyelamatkan mereka. Mereka akan mengikutiku dan aku akan mengajak mereka ke arah keselamatan."
Saat itu, ia diam dan memikirkan apa yang telah dikatakannya. Kata-kata yang diucapkannya itu mengiang di pikirannya : Jika aku bisa menjadi salah satu dari mereka, maka aku pasti bisa menyelamatkan mereka. Akhirnya, ia mengerti apa kasih Tuhan terhadap manusia dengan menjadi salah satu dari manusia untuk menyelamatkan manusia dan ia berlutut di atas salju untuk dan menyesali perbuatannya.
-----------------------------------------------------------------
Karena cinta Tuhan terhadap manusia, maka Ia memberikan putra tunggalnya. Karena Tuhan mengirim putraNya bukan untuk menghakimi manusia, tetapi untuk menyelamatkan manusia melalui putraNya
Sebenarnya Tuhan itu adil dan kasih
Dulu ada penglima pasukan di Rusia namanya Shamila. Karena pemerintahan kaisar waktu itu sangat otoriter maka dia bersama pasukannya lari ke padang gurun untuk melakukan konsolidasi melawan kaisar. Karena ada di padang gurun maka semua makanan harus dihemat supaya seluruh pasukan bisa bertahan hidup. Suatu ketika ada laporan bahwa sekarung beras telah hilang. Shamila marah, ia memberi peringatan kepada seluruh pasukannya "Siapa yang mencuri beras akan dihukum cambuk 50 kali"
Hari berikutnya ada sekarung beras lagi yang hilang. Shamila sangat marah kemudian dia memerintahkan pasukannya "Siapapun yang mencurinya, tidak peduli pria atau wanita, muda atau tua harus dihukum cambuk 50 kali." Shamila kemudian memerintahkan pasukan untuk mencari pencurinya.
Beberapa saat kemudian anak buahnya datang : "Panglima ada kabar baik, pencurinya sudah ketemu". Shamila menjawab : "Bagus " Anak buahnya menjawab lagi : "Tetapi ada berita buruknya, Panglima ". Shamilla menjawab lagi: " Apa itu ?" Anak buahnya menjawab lagi: "Yang mencuri adalah ibu Panglima". Shamila terdiam, dia bingung, ibunya sudah lanjut usia, kalau diberi hukuman, jangankan 50 kali cambukan, 2 kali cambukan saja ibunya pasti meninggal. Tapi kalau tidak dihukum, ia tidak adil. Akhirnya Shamilla berkata : "Keputusan ditunda besuk pagi" Semalaman ia berpikir keras bagaimana mengambil keputusan. Seluruh pasukan juga bingung, ada yg tidak tega kalau ibunya dihukum,ada yg bersikeras yang bersalah harus dihukum.
Akhirnya pagi hari tiba. Seluruh anggota pasukan berkumpul. Semua mata menatap kepada Shamilla menanti keputusan yang akan diambil Shamila maju dan berkata : "Seperti yang sudah ditetapkan yang mencuri beras harus dihukum cambuk 50 kali. Pasukan, bawa pencurinya ke depan". Kemudian pencurinya yang juga ibunya dibawa ke depan. Shamilla berkata "Segera laksanakan hukum cambuk 50 kali". Sesaat sebelum algojo menjalankan cambukan yang pertama, Shamilla berkata :"Stop ". Kemudian dia berkata kepada ibunya: "Ibu, aku menyayangi ibu, tapi keadilan harus ditegakkan.Harus ada hukuman untuk suatu pelanggaran." Tiba tiba ia memeluk ibunya dan berkata : "Ibu, aku menyayangi ibu, aku yang akan menggantikan ibu menerima hukuman ini.Ibu jangan mencuri lagi ya". Kemudian dia membawa ibunya ke pinggir. Shamilla berkata kepada algojo : "Algojo cambuk aku 50 kali". Kemudian Shamilla dihukum cambuk 50 kali.
Dengan demikian Shamilla sebagai pemimpin mempunyai kasih dan sekaligus menjalankan keadilan.
Itulah yang dilakukan Tuhan kepada manusia. Setiap manusia pasti akan mendapatkan hukuman karena dosanya. Tapi Tuhan tidak tega melihat seluruh manusia binasa, sehingga Tuhan mengorbankan diriNya menanggung dosa manusia. Manusia yang mau menerima penggantian hukuman ini menerima keselamatan.
Hari berikutnya ada sekarung beras lagi yang hilang. Shamila sangat marah kemudian dia memerintahkan pasukannya "Siapapun yang mencurinya, tidak peduli pria atau wanita, muda atau tua harus dihukum cambuk 50 kali." Shamila kemudian memerintahkan pasukan untuk mencari pencurinya.
Beberapa saat kemudian anak buahnya datang : "Panglima ada kabar baik, pencurinya sudah ketemu". Shamila menjawab : "Bagus " Anak buahnya menjawab lagi : "Tetapi ada berita buruknya, Panglima ". Shamilla menjawab lagi: " Apa itu ?" Anak buahnya menjawab lagi: "Yang mencuri adalah ibu Panglima". Shamila terdiam, dia bingung, ibunya sudah lanjut usia, kalau diberi hukuman, jangankan 50 kali cambukan, 2 kali cambukan saja ibunya pasti meninggal. Tapi kalau tidak dihukum, ia tidak adil. Akhirnya Shamilla berkata : "Keputusan ditunda besuk pagi" Semalaman ia berpikir keras bagaimana mengambil keputusan. Seluruh pasukan juga bingung, ada yg tidak tega kalau ibunya dihukum,ada yg bersikeras yang bersalah harus dihukum.
Akhirnya pagi hari tiba. Seluruh anggota pasukan berkumpul. Semua mata menatap kepada Shamilla menanti keputusan yang akan diambil Shamila maju dan berkata : "Seperti yang sudah ditetapkan yang mencuri beras harus dihukum cambuk 50 kali. Pasukan, bawa pencurinya ke depan". Kemudian pencurinya yang juga ibunya dibawa ke depan. Shamilla berkata "Segera laksanakan hukum cambuk 50 kali". Sesaat sebelum algojo menjalankan cambukan yang pertama, Shamilla berkata :"Stop ". Kemudian dia berkata kepada ibunya: "Ibu, aku menyayangi ibu, tapi keadilan harus ditegakkan.Harus ada hukuman untuk suatu pelanggaran." Tiba tiba ia memeluk ibunya dan berkata : "Ibu, aku menyayangi ibu, aku yang akan menggantikan ibu menerima hukuman ini.Ibu jangan mencuri lagi ya". Kemudian dia membawa ibunya ke pinggir. Shamilla berkata kepada algojo : "Algojo cambuk aku 50 kali". Kemudian Shamilla dihukum cambuk 50 kali.
Dengan demikian Shamilla sebagai pemimpin mempunyai kasih dan sekaligus menjalankan keadilan.
Itulah yang dilakukan Tuhan kepada manusia. Setiap manusia pasti akan mendapatkan hukuman karena dosanya. Tapi Tuhan tidak tega melihat seluruh manusia binasa, sehingga Tuhan mengorbankan diriNya menanggung dosa manusia. Manusia yang mau menerima penggantian hukuman ini menerima keselamatan.
Sangkar Burung Kosong
Ada seorang bernama George Thomas, seorang pastor di kota kecil New England. Pada hari Paskah pagi, ia bersiap mempersembahkan misa di suatu tempat agak jauh dari kota. Ia membawa sebuah sangkar burung kosong yang sudah reyot, kotor tak terurus, dan menepatkannya di dekat altar.Alis umatnya mulai terangkat, dan mereka mulai bertanya-tanya. Dalam kotbahnya Sang Pastor mulai menjelaskan tentang sangkar burung tersebut.Dalam perjalanan saya ke sini tadi, saya bertemu dengan seorang anak kecil melangkah berlenggang sambil mengayun-ayunkan sangkar burung ini.
Didalamnya terdapat 3 ekor anak burung liar, meringkuk kedinginan dan ketakutan. Saya berhenti dan bertanya kepada anak tersebut : Apa yang kamu bawa, anakku?? Jawab anak itu:?Ah, cuma burung-burung kecil? Apa yang akan kamu lakukan terhadap burung-burung kecil itu?? Akan saya bawa pulang dan saya pakai mainan. Saya suka mencabuti bulunya, dan pasti mereka akan ribut kesakitan. Ramai. Pasti ramai dan menyenangkan. Ya, tapi kan cuma sebentar. Burungnya kecil, pasti bulunya cepat habis. Lalu kalau sudah habis, mau kamu apakan lagi?? Saya punya dua ekor kucing di rumah. Mereka sangat suka makan burung. Apalagi burung kecil begini. Lucu kan melihat burung-burung yang sudah tidak berbulu mencoba menghindar dari kucing. Tapi pasti kucingku akan dapat memakan mereka dengan mudah?
Saya terdiam sesaat, lalu saya tanyakan pada anak itu lagi: Anakku, bolehkah saya beli burung-burung itu?? Anak tersebut menatap saya dengan tercengang, lalu jawabnya: Bapak jangan main-main. Siapa yang mau burung liar begini?? Berapa?? Bapak, burung ini liar, tidak dapat bernyanyi, tidak indah. Ini burung biasa, tidak ada istimewanya. Apa menariknya untuk Bapak?? Berapa?? Si Anak memandang saya dengan tajam, lalu sambil tersenyum menantang katanya: Sepuluh dollar? Saya uluran uang sepuluh dolar kepadanya, dan ia-pun lalu meninggalkan sangkar burungnya dan segera lari menghilang sambil berteriak-teriak kegirangan.
Saya lalu melanjutkan perjalanan ke sini. Sesampai di suatu tempat yang agak rimbun, banyak pohon dan perdu, saya berhenti lagi, dan saya lepaskan ketiga anak burung tadi. Nah sampai di sini, jelaslah sudah hal ikhwal kandang burung yang diletakkan di atas latar ini. ? Kemudian Sang Pastor melanjutkan kotbahnya sebagai berikut:
Suatu hari, Setan dan Yesus ngobrol berdua. Setan baru saja datang dari Taman Eden dan lalu menyombongkan diri, katanya: Sus, aku baru saja menguasai sebuah dunia yang penuh dengan manusia. Aku sudah siapkan berbagai bujukan bagi mereka dan pasti mereka tidak akan dapat menghindar. Pasti mereka akan termakan dengan segala tipu dayaku? Tanya Yesus kepadanya: Akan kau apakan mereka?? "Pokoknya aku akan menikmati semuanya. Pasti mengasyikkan. Aku akan membujuk mereka supaya kawin cerai, saling selingkuh, saling membenci, saling mencederai dan saling bunuh. Aku akan membujuk mereka untuk menjadi pemabuk, perokok, saling caci, saling hujat. Aku akan membantu mereka untuk menemukan dan merakit bom agar lebih mudah bagi mereka untuk saling bunuh. Terus, kalau sudah begitu, apa yang akan kamu lakukan??
kata Yesus sabar. Aku akan binasakan mereka ! Berapa yang kamu minta untuk menebus mereka? ? tanya Yesus. Jangan bercanda. Kamu tidak akan suka mereka, Sus. Mereka itu tidak baik. Kenapa kamu tertarik dengan mereka? Aku yakin mereka akan membenci kamu! Mereka akan meludahi kamu, mencercamu, dan bahkan akan membunuhmu. Yakinlah, kamu tidak akan tertarik dengan mereka.? Berapa?? tanya Yesus lagi, lebih mendesak Setan menatap Yesus tajam lalu katanya sinis: ? Murah, cuma cukup air mataMu dan darahMu! DAN YESUSPUN MEMBAYARNYA TUNAI. Sang Pastorpun mengakhiri kotbahnya
Didalamnya terdapat 3 ekor anak burung liar, meringkuk kedinginan dan ketakutan. Saya berhenti dan bertanya kepada anak tersebut : Apa yang kamu bawa, anakku?? Jawab anak itu:?Ah, cuma burung-burung kecil? Apa yang akan kamu lakukan terhadap burung-burung kecil itu?? Akan saya bawa pulang dan saya pakai mainan. Saya suka mencabuti bulunya, dan pasti mereka akan ribut kesakitan. Ramai. Pasti ramai dan menyenangkan. Ya, tapi kan cuma sebentar. Burungnya kecil, pasti bulunya cepat habis. Lalu kalau sudah habis, mau kamu apakan lagi?? Saya punya dua ekor kucing di rumah. Mereka sangat suka makan burung. Apalagi burung kecil begini. Lucu kan melihat burung-burung yang sudah tidak berbulu mencoba menghindar dari kucing. Tapi pasti kucingku akan dapat memakan mereka dengan mudah?
Saya terdiam sesaat, lalu saya tanyakan pada anak itu lagi: Anakku, bolehkah saya beli burung-burung itu?? Anak tersebut menatap saya dengan tercengang, lalu jawabnya: Bapak jangan main-main. Siapa yang mau burung liar begini?? Berapa?? Bapak, burung ini liar, tidak dapat bernyanyi, tidak indah. Ini burung biasa, tidak ada istimewanya. Apa menariknya untuk Bapak?? Berapa?? Si Anak memandang saya dengan tajam, lalu sambil tersenyum menantang katanya: Sepuluh dollar? Saya uluran uang sepuluh dolar kepadanya, dan ia-pun lalu meninggalkan sangkar burungnya dan segera lari menghilang sambil berteriak-teriak kegirangan.
Saya lalu melanjutkan perjalanan ke sini. Sesampai di suatu tempat yang agak rimbun, banyak pohon dan perdu, saya berhenti lagi, dan saya lepaskan ketiga anak burung tadi. Nah sampai di sini, jelaslah sudah hal ikhwal kandang burung yang diletakkan di atas latar ini. ? Kemudian Sang Pastor melanjutkan kotbahnya sebagai berikut:
Suatu hari, Setan dan Yesus ngobrol berdua. Setan baru saja datang dari Taman Eden dan lalu menyombongkan diri, katanya: Sus, aku baru saja menguasai sebuah dunia yang penuh dengan manusia. Aku sudah siapkan berbagai bujukan bagi mereka dan pasti mereka tidak akan dapat menghindar. Pasti mereka akan termakan dengan segala tipu dayaku? Tanya Yesus kepadanya: Akan kau apakan mereka?? "Pokoknya aku akan menikmati semuanya. Pasti mengasyikkan. Aku akan membujuk mereka supaya kawin cerai, saling selingkuh, saling membenci, saling mencederai dan saling bunuh. Aku akan membujuk mereka untuk menjadi pemabuk, perokok, saling caci, saling hujat. Aku akan membantu mereka untuk menemukan dan merakit bom agar lebih mudah bagi mereka untuk saling bunuh. Terus, kalau sudah begitu, apa yang akan kamu lakukan??
kata Yesus sabar. Aku akan binasakan mereka ! Berapa yang kamu minta untuk menebus mereka? ? tanya Yesus. Jangan bercanda. Kamu tidak akan suka mereka, Sus. Mereka itu tidak baik. Kenapa kamu tertarik dengan mereka? Aku yakin mereka akan membenci kamu! Mereka akan meludahi kamu, mencercamu, dan bahkan akan membunuhmu. Yakinlah, kamu tidak akan tertarik dengan mereka.? Berapa?? tanya Yesus lagi, lebih mendesak Setan menatap Yesus tajam lalu katanya sinis: ? Murah, cuma cukup air mataMu dan darahMu! DAN YESUSPUN MEMBAYARNYA TUNAI. Sang Pastorpun mengakhiri kotbahnya
Pohon Tua
Suatu ketika, di sebuah padang, tersebutlah sebatang pohon rindang. Dahannya rimbun dengan dedaunan. Batangnya tinggi menjulang. Akarnya, tampak menonjol keluar, menembus tanah hingga dalam. Pohon itu, tampak gagah di banding dengan pohon-pohon lain di sekitarnya. Pohon itupun, menjadi tempat hidup bagi beberapa burung disana. Mereka membuat sarang, dan bergantung hidup pada batang-batangnya.
Burung-burung itu membuat lubang, dan mengerami telur-telur mereka dalam kebesaran pohon itu. Pohon itupun merasa senang, mendapatkan teman, saat mengisi hari-harinya yang panjang. Orang-orang pun bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap singgah, dan berteduh pada kerindangan pohon itu. Orang-orang itu sering duduk, dan membuka bekal makan, di bawah naungan dahan-dahan. "Pohon yang sangat berguna," begitu ujar mereka setiap selesai berteduh.
Lagi-lagi, sang pohon pun bangga mendengar perkataan tadi. Namun, waktu terus berjalan. Sang pohon pun mulai sakit-sakitan. Daun-daunnya rontok, ranting-rantingnya pun mulai berjatuhan. Tubuhnya, kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu di milikinya. Burung-burung pun mulai enggan bersarang disana. Orang yang lewat, tak lagi mau mampir dan singgah untuk berteduh.
Sang pohon pun bersedih. "Ya Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang Kau berikan padaku? Aku butuh teman. Tak ada lagi yang mau mendekatiku. Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?" begitu ratap sang pohon, hingga terdengar ke seluruh hutan. "Mengapa tak Kau tumbangkan saja tubuhku, agar aku tak perlu merasakan siksaan ini? Sang pohon terus menangis, membasahi tubuhnya yang kering.
Musim telah berganti, namun keadaan belumlah mau berubah. Sang pohon tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering. Ratap dan tangis terus terdengar setiap malam, mengisi malam-malam hening yang panjang. Hingga pada saat pagi menjelang. "Cittt...cericirit...cittt" Ah suara apa itu? Ternyata, .ada seekor anak burung yang baru menetas. Sang pohon terhenyak dalam lamunannya. "Cittt...cericirit...cittt, suara itu makin keras melengking. Ada lagi anak burung yang baru lahir.
Lama kemudian, riuhlah pohon itu atas kelahiran burung-burung baru. Satu...dua...tiga...dan empat anak burung lahir ke dunia. "Ah, doaku di jawab-Nya," begitu seru sang pohon. Keesokan harinya, beterbanganlah banyak burung ke arah pohon itu. Mereka, akan membuat sarang-sarang baru. Ternyata, batang kayu yang kering, mengundang burung dengan jenis tertentu tertarik untuk mau bersarang disana. Burung-burung itu merasa lebih hangat berada di dalam batang yang kering, ketimbang sebelumnya. Jumlahnya pun lebih banyak dan lebih beragam. "Ah, kini hariku makin cerah bersama burung-burung ini", gumam sang pohon dengan berbinar.
Sang pohon pun kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah, hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di dekat akarnya. Sang Tunas tampak tersenyum. Ah, rupanya, airmata sang pohon tua itu, membuahkan bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada alam.
***
Teman, begitulah. Adakah hikmah yang dapat kita petik disana? Allah memang selalu punya rencana-rencana rahasia buat kita. Allah, dengan kuasa yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, akan selalu memberikan jawaban-jawaban buat kita. Walaupun kadang penyelesaiannya tak selalu mudah di tebak, namun, yakinlah, Allah Maha Tahu yang terbaik buat kita. Saat dititipkan-Nya cobaan buat kita, maka di saat lain, diberikan-Nya kita karunia yang berlimpah. Ujian yang sandingkan-Nya, bukanlah harga mati. Bukanlah suatu hal yang tak dapat disiasati. Saat Allah memberikan cobaan pada sang Pohon, maka, sesungguhnya Allah, sedang MENUNDA memberikan kemuliaan-Nya. Allah tidak memilih untuk menumbangkannya, sebab, Dia menyimpan sejumlah rahasia. Allah, sedang menguji kesabaran yang dimiliki.
Teman, yakinlah, apapun cobaan yang kita hadapi, adalah bagian dari rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkan-Nya buat kita. Jangan putus asa, jangan lemah hati. Allah, selalu bersama orang-orang yang sabar.
Burung-burung itu membuat lubang, dan mengerami telur-telur mereka dalam kebesaran pohon itu. Pohon itupun merasa senang, mendapatkan teman, saat mengisi hari-harinya yang panjang. Orang-orang pun bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap singgah, dan berteduh pada kerindangan pohon itu. Orang-orang itu sering duduk, dan membuka bekal makan, di bawah naungan dahan-dahan. "Pohon yang sangat berguna," begitu ujar mereka setiap selesai berteduh.
Lagi-lagi, sang pohon pun bangga mendengar perkataan tadi. Namun, waktu terus berjalan. Sang pohon pun mulai sakit-sakitan. Daun-daunnya rontok, ranting-rantingnya pun mulai berjatuhan. Tubuhnya, kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu di milikinya. Burung-burung pun mulai enggan bersarang disana. Orang yang lewat, tak lagi mau mampir dan singgah untuk berteduh.
Sang pohon pun bersedih. "Ya Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang Kau berikan padaku? Aku butuh teman. Tak ada lagi yang mau mendekatiku. Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?" begitu ratap sang pohon, hingga terdengar ke seluruh hutan. "Mengapa tak Kau tumbangkan saja tubuhku, agar aku tak perlu merasakan siksaan ini? Sang pohon terus menangis, membasahi tubuhnya yang kering.
Musim telah berganti, namun keadaan belumlah mau berubah. Sang pohon tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering. Ratap dan tangis terus terdengar setiap malam, mengisi malam-malam hening yang panjang. Hingga pada saat pagi menjelang. "Cittt...cericirit...cittt" Ah suara apa itu? Ternyata, .ada seekor anak burung yang baru menetas. Sang pohon terhenyak dalam lamunannya. "Cittt...cericirit...cittt, suara itu makin keras melengking. Ada lagi anak burung yang baru lahir.
Lama kemudian, riuhlah pohon itu atas kelahiran burung-burung baru. Satu...dua...tiga...dan empat anak burung lahir ke dunia. "Ah, doaku di jawab-Nya," begitu seru sang pohon. Keesokan harinya, beterbanganlah banyak burung ke arah pohon itu. Mereka, akan membuat sarang-sarang baru. Ternyata, batang kayu yang kering, mengundang burung dengan jenis tertentu tertarik untuk mau bersarang disana. Burung-burung itu merasa lebih hangat berada di dalam batang yang kering, ketimbang sebelumnya. Jumlahnya pun lebih banyak dan lebih beragam. "Ah, kini hariku makin cerah bersama burung-burung ini", gumam sang pohon dengan berbinar.
Sang pohon pun kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah, hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di dekat akarnya. Sang Tunas tampak tersenyum. Ah, rupanya, airmata sang pohon tua itu, membuahkan bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada alam.
***
Teman, begitulah. Adakah hikmah yang dapat kita petik disana? Allah memang selalu punya rencana-rencana rahasia buat kita. Allah, dengan kuasa yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, akan selalu memberikan jawaban-jawaban buat kita. Walaupun kadang penyelesaiannya tak selalu mudah di tebak, namun, yakinlah, Allah Maha Tahu yang terbaik buat kita. Saat dititipkan-Nya cobaan buat kita, maka di saat lain, diberikan-Nya kita karunia yang berlimpah. Ujian yang sandingkan-Nya, bukanlah harga mati. Bukanlah suatu hal yang tak dapat disiasati. Saat Allah memberikan cobaan pada sang Pohon, maka, sesungguhnya Allah, sedang MENUNDA memberikan kemuliaan-Nya. Allah tidak memilih untuk menumbangkannya, sebab, Dia menyimpan sejumlah rahasia. Allah, sedang menguji kesabaran yang dimiliki.
Teman, yakinlah, apapun cobaan yang kita hadapi, adalah bagian dari rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkan-Nya buat kita. Jangan putus asa, jangan lemah hati. Allah, selalu bersama orang-orang yang sabar.
Perumpamaan Sebatang Pensil
Pembuat pensil itu menaruh pensil yang baru seleai dibuatnya ke samping
sebentar, sebelum ia memasukkannya ke dalam kotak. ¡§Ada 5 hal yang
perlu kau ketahui,¡¨ katanya kepada pensil, ¡§sebelum kau kukirim ke
seluruh dunia. Hendaknya kau ingat selalu pesanku berikut ini, dan jangan
sampai lupa. Yakinlah kau bakal berhasil menjadi pensil yang terhebat.¡¨
SATU: Kau bakal bisa melakukan banyak hal besar, tetapi hanya bila kau
mau membiarkan dirimu dipegang dalam tangan seseorang.
DUA: Kau akan menderita tiap kali engkau diruncingkan, tapi kau butuh
itu agar bisa menjadi pensil yang lebih baik.
TIGA: Kau bakal bisa mengoreksi tiap kesalahan yang mungkin kau
lakukan.
EMPAT: Bagian terpenting dari dirimu adalah apa yang ada didalam.
DAN LIMA : Pada tiap permukaan di mana kau dipakai, tinggalkanlah
jejakmu. Apapun kondisinya, kau harus terus lanjutkan menulis.
Pensil itu angguk mengerti dan berjanji akan mengingat nasihat
tersebut. Dan memasuki kotak yang akan dieksport itu dengan suatu tekad kuat
dalam hatinya.
Bertukar tempatlah dengan pensil itu; ingatlah nasihat yang sama tadi
dan yakinlah, kaupun pasti akan berhasil menjadi orang terbaik.
SATU: Kau bakal bisa berbuat banyak hal besar, tetapi hanya apabila kau
membiarkan dirimu berada dan dipegang dalam tanganNya, serta
mengizinkan orang lain mengakses talenta yang kau miliki.
DUA: Engkaupun akan menderita saat diruncingkan, yaitu dalam proses
melewati macam problema hidup, tapi kau butuh itu agar jadi lebih kuat.
TIGA: Kau bakal mampu memperbaiki kesalahan apapun yang mungkin kau
lakukan.
EMPAT: Bagian terpenting dari dirimu adalah apa yang ada didalam, yakni
hati nuranimu.
DAN LIMA: Dalam setiap peristiwa dan lembaran hidup yang kau jalani,
kau harus meninggalkan jejakmu. Tak peduli bagaimanapun situasinya, kau
harus tetap melanjutkan tugasmu. Jadilah terang dan garam dunia¡¨.
Dengan mengerti, menghayati dan mengingatnya, marilah kita lanjutkan
hidup kita , berbekalkan suatu tujuan untuk memberi arti bagi hidup kita.
sebentar, sebelum ia memasukkannya ke dalam kotak. ¡§Ada 5 hal yang
perlu kau ketahui,¡¨ katanya kepada pensil, ¡§sebelum kau kukirim ke
seluruh dunia. Hendaknya kau ingat selalu pesanku berikut ini, dan jangan
sampai lupa. Yakinlah kau bakal berhasil menjadi pensil yang terhebat.¡¨
SATU: Kau bakal bisa melakukan banyak hal besar, tetapi hanya bila kau
mau membiarkan dirimu dipegang dalam tangan seseorang.
DUA: Kau akan menderita tiap kali engkau diruncingkan, tapi kau butuh
itu agar bisa menjadi pensil yang lebih baik.
TIGA: Kau bakal bisa mengoreksi tiap kesalahan yang mungkin kau
lakukan.
EMPAT: Bagian terpenting dari dirimu adalah apa yang ada didalam.
DAN LIMA : Pada tiap permukaan di mana kau dipakai, tinggalkanlah
jejakmu. Apapun kondisinya, kau harus terus lanjutkan menulis.
Pensil itu angguk mengerti dan berjanji akan mengingat nasihat
tersebut. Dan memasuki kotak yang akan dieksport itu dengan suatu tekad kuat
dalam hatinya.
Bertukar tempatlah dengan pensil itu; ingatlah nasihat yang sama tadi
dan yakinlah, kaupun pasti akan berhasil menjadi orang terbaik.
SATU: Kau bakal bisa berbuat banyak hal besar, tetapi hanya apabila kau
membiarkan dirimu berada dan dipegang dalam tanganNya, serta
mengizinkan orang lain mengakses talenta yang kau miliki.
DUA: Engkaupun akan menderita saat diruncingkan, yaitu dalam proses
melewati macam problema hidup, tapi kau butuh itu agar jadi lebih kuat.
TIGA: Kau bakal mampu memperbaiki kesalahan apapun yang mungkin kau
lakukan.
EMPAT: Bagian terpenting dari dirimu adalah apa yang ada didalam, yakni
hati nuranimu.
DAN LIMA: Dalam setiap peristiwa dan lembaran hidup yang kau jalani,
kau harus meninggalkan jejakmu. Tak peduli bagaimanapun situasinya, kau
harus tetap melanjutkan tugasmu. Jadilah terang dan garam dunia¡¨.
Dengan mengerti, menghayati dan mengingatnya, marilah kita lanjutkan
hidup kita , berbekalkan suatu tujuan untuk memberi arti bagi hidup kita.
Hadiah Cinta Seorang Ibu
"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!
Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke Rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh."
Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya dibidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan,"Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?"
Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya. Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya.
"Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus
ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter.
Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan
telinga dan mendonorkannya pada mereka.
Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia." kata sang ayah.
Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah
bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar
namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya."
Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang
yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."
Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia.
Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah .... bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?"
Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun didalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui.
Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke Rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh."
Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya dibidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan,"Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?"
Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya. Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya.
"Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus
ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter.
Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan
telinga dan mendonorkannya pada mereka.
Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia." kata sang ayah.
Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah
bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar
namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya."
Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang
yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."
Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia.
Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah .... bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?"
Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun didalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui.
Domba
Domba,kenapa domba? Dari sekian banyak binatang yang disebutkan di alkitab; kambing, ular, unta, kuda, domba, dll. Domba memiliki tempat yang special; Yesus disebut Anak Domba Allah. Hal ini bukan tanpa alasan, ada satu cerita menarik kenapa domba menjadi begitu special.
Pada waktu lampau jauh sebelum Abraham, di suatu daerah berdiri sebuah kerajaan. Raja memerintah dengan sangat baik. Rakyatnya makmur dan bahagia. Setiap hari raja dan rakyat berkumpul dan pesta bersama. Sungguh suatu kerajaan indah tanpa dukacita.
Raja mempunyai putra, pangeran ini penuh dengan rasa ingin tahu. Dia berpikir adakah yg lebih baik dari yang selama ini dia rasakan? Adakah sesuatu yang lebih indah dari kerajaannya? Pangeran ini makin hari rasa ingin tahunya semakin besar, hingga suatu hari dia memutuskan untuk mencari jawaban atas ingin tahunya itu. Dia mengutarakan keinginannya kepada ayahnya, dia tetap tidak percaya ketika ayahnya berkata Kerajaan inilah yang terbaik. Karena sang Raja sangat sayang kepada putranya ini, maka diijinkanlah dia untuk pergi mencari jawaban atas pertanyaannya. Dibekalinya sang anak dengan uang yang berlimpah, dan apapun yang ingin dibawa oleh anaknya. Kepergian sang pangeran ini membuat sedih sang Raja dan seluruh rakyat, tetapi apa boleh buat sang pangeran tetap pada keyakinannya untuk pergi mencari hal yang lebih baik.
Sang Pangeran akhirnya pergi meninggalkan kerajaannya, dia pergi ke kota sebelah. Di sana dia melihat keadaan yang hampir sama dengan kerajaannya. Rakyat di sana juga bahagia dan makmur, tetapi dia merasa ada yang kurang. Rakyat di sana tidak tahu siapa raja mereka, dan bagaimana rupanya. Mereka tidak mengenal raja mereka sendiri. Pangeran merasa kerajaannya masih lebih baik dan diapun kembali meneruskan perjalanannya.
Semakin jauh dia meninggalkan kerajaannya, hal yang dilihat adalah semakin buruk. Orang-orang semakin murung, malas, dan tidak ada gairah hidup. Dalam hatinya dia mulai merasa bahwa perkataan ayahnya adalah benar. Akhirnya sampailah dia di sebuah kota yang sepi. Penduduknya semua bermuka muram dan penuh rasa curiga. Dia mulai merasa putus asa dan ingin segera kembali ke kerajaannya. Dia merasa perjalanannya sebulan ini sia-sia saja. Dalam keletihannya dia menemukan sebuah penginapan dan memutuskan untuk tinggal di sana sehari dan kembali ke kerajaannya esok hari.
Di dalam penginapan itu, dia bertemu dengan seseorang yang terlihat sangat gembira. Sangat mencolok sekali dibandingkan kebanyakan orang yang ada di kota itu. Pangeran merasa keheranan, bagaimana dia terlihat begitu gembira dalam semua kemurungan yang ada di kota ini? Dia mulai mendekati pemuda itu dan berbincang-bincang dengannya. Mereka mulai saling menceritakan diri mereka masing-masing dan mengapa ada di kota ini. Pangeran juga menceritakan tujuan dari perjalanannya selama ini untuk mencari sesuatu yang lebih dari yang ada di kerajaannya, tetapi sampai saat ini belum juga menemukannya dan akan kembali ke kerajaannya esok hari. Pemuda itu ternyata berasal dari arah yang berlawanan dari kerajaan sang Pangeran. Dia menceritakan bahwa di tempatnya semua orang merasa gembira dan tidak ada kesedihan, itulah mengapa dia terlihat selalu tampak gembira. Dan kepergian pemuda itu untuk mencari teman baru dan mengajak orang untuk tinggal di kotanya.
Pangeran tertarik dengan cerita pemuda itu tentang kotanya, dia merasa tempat itulah yang selama ini ia cari. Dia merasa sangat beruntung di saat dia sudah mulai putus asa dan ingin kembali, ada pemuda itu yang memberikan secercah harapan atas pencariannya selama ini. Pangeran itu menyatakan keinginnannya untuk melihat kota pemuda itu. Dan tentu saja pemuda itu menyanggupinya. Keesokan harinya mereka mulai perjalanannya menuju kota pemuda itu.
Perjalanan ke kota pemuda itu tidaklah dekat, dan semakin mereka mendekati kota pemuda itu, keadaan sekitar mereka bukan membaik, tetapi bertambah buruk. Tanah semakin tandus, bahkan rumput dan ilalang pun tidak terlihat. Pangeran semakin heran dengan keadaan sekitarnya, berulangkali dia bertanya kepada pemuda itu apakah mereka tidak salah jalan dan tersesat? Tetapi pemuda itu menyakinkan pangeran bahwa jalan yang mereka tempuh adalah jalan terdekat menuju ke kotanya. Setelah 1 minggu perjalanan sampailah mereka ke kota pemuda itu. Ternyata benar apa yang dikatakan pemuda itu, penduduk di sana semua berwajah riang, semua terlihat gembira dan menikmati hidup mereka, seakan tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Pangeran merasa tempat inilah yang selama ini dicari. Karena sudah lama tidak melihat kerajaannya dan hanya melihat pemandangan yang menyedihkan, pangeran merasa kota ini jauh lebih baik dari yang ada di kerajaannya, semua orang terlihat lebih gembira dari kerajaannya.
Pangeran memutuskan untuk tinggal lebih lama lagi di kota ini, dan meminta pemuda itu untuk membantunya. Pemuda itu dengan senang hati membantu pangeran itu, mencarikan rumah yang terbaik, dan semua barang kebutuhan yang terbaik untuk pangeran itu. Semua orang di kota itu dengan senang hati membantu pangeran itu dari mengenal apa yang ada di kota itu sampai kebutuhan sehari-harinya. Tiap hari di kota itu diadakan pesta dari pesta menyambut pagi, pesta untuk mandi, pesta untuk duduk, bahkan semua kegiatan sekecil apapun diadakan pesta untuk itu. Pangeran merasa tempat ini benar-benar tempat yang paling membahagiakan. Tiap dia merasa kesulitan atau dalam masalah sekecil apapun semua orang di kota ini dengan senang hati membantunya. Segala yang ada di kota itu sangatlah murah, dan penduduk di kota itu sangat murah hati, semua itu membuat pangeran merasa betah di tempat itu dan ingin memutuskan untuk tinggal selamanya di kota itu. Dia mencari pemuda yang membawanya ke kota ini untuk membicarakan cara supaya ia dapat tinggal selamanya di tempat ini.
Saat bertemu, sebelum pangeran menyatakan maksudnya untuk tinggal selamanya, pemuda itu mengatakan bahwa ijin pangeran untuk tinggal di kota ini sudah habis dan harus segera pergi dari kota. Setelah pangeran memberitahu bahwa dia ingin sekali untuk tinggal selamanya di kota, pemuda itu mengatakan bahwa untuk tinggal selamanya di tempat itu sangatlah mudah, yaitu dengan membuat surat bahwa dia tidak mengakui tempat dimana dia dulu tinggal dan seluruh orang yang ditemuinya sebelum sampai di kota ini. Dalam kasus pangeran ini berarti dia harus tidak mengakui kerajaannya, menyangkal ayahnya yang sangat menyayanginya dan melupakan semua rakyat di kerajaannya yang sangat mencintainya. Sebelum pangeran sempat bertanya lagi, pemuda itu mengatakan bahwa dia sudah membantu pangeran untuk masalah ini. Sejak pangeran tiba di kota ini, dia sudah membuat surat kepada ayahnya bahwa pangeran sangat senang tinggal di kota ini dan berencana untuk tinggal selamanya dan supaya Raja melupakan anaknya ini. Pemuda itu juga mengatakan bahwa setelah surat itu dikirim tidak ada sama sekali surat balasan dari Raja yang menyuruh pangeran segera pulang ataupun utusan untuk menjemput sang pangeran.
Perkataan pemuda itu membuat pangeran merasa sedih, dia merasa ayahnya sudah melupakan dia dan merelakan kepergiannya. Dalam hatinya dia merasa rindu untuk kembali ke pelukan ayahnya. Pemuda itu mendesak pangeran untuk segera memberikan jawaban apakah dia benar-benar ingin tinggal di kota ini atau tidak. Dan bila tidak ingin tinggal di kota ini, maka esok hari dia harus segera pergi meninggalkan kota ini. Pemuda itu berharap agar pangeran tetap tinggal di kota ini, karena syarat untuk tinggal di kota ini sangatlah mudah dan dapat dilakukan sekejab saja. Hati pangeran merasa sangat bingung apa yang harus diambil, dia merasa sudah menemukan jawaban atas perjalanannya selama ini, tetapi di pihak lain dia merasa rindu kepada ayahnya. Dia meminta waktu kepada pemuda itu untuk memberikan jawaban keesokan harinya.
Semalaman pangeran memikirkan apa yang harus dia lakukan, di satu sisi dia merasa ingin tinggal selamanya di sini, tetapi dia tidak ingin menyangkal ayahnya. Malam itu dia tidak dapat tidur, terus memikirkan apa yang harus dilakukan esok harinya. Orang–orang di sini begitu baik hati dan sangat mengasihinya, dia merasa tidak enak untuk meninggalkan mereka. Tak terasa pagi hari menjelang, pangeran harus segera memberikan jawaban ke pemuda itu. Sebelum pemuda itu datang, pangeran berjalan – jalan dalam kota untuk melihat terakhir kali sebelum memutuskan apa yang harus diambil. Dalam kota itu dia melihat seorang yang dulu pernah membantunya dalam mencarikan dia tempat tinggal di kota ini. Pangeran menyapa orang itu dengan ramah, tetapi pemuda itu mulai mencaci pangeran itu, “Dasar tidak tahu berterima kasih, cepat kamu keluar dari kota ini!!!” disertai dengan banyak sekali umpatan. Pangeran kaget dengan kejadian yang sangat tiba-tiba itu, dengan segera ditinggalkannya orang itu. Makin lama, jalanan semakin penuh dengan orang–orang dan semua orang mulai mencaci makinya dan mengusirnya dari kota itu. Seluruh kata-kata umpatan ditujukan kepadanya. Orang–orang mulai mendorongnya untuk keluar dari gerbang kota, tidak ada lagi orang yang membantunya.
Pangeran diusir dari kota itu tanpa bekal sama sekali, mereka hanya memberi pangeran sebuah surat untuk ditandatangani supaya dapat kembali ke kota itu. Di luar tembok kota pangeran membuka surat itu dan membacanya. Isinya adalah surat penyangkalan kepada ayahnya dan surat persetujuan tunduk atas semua hukum yang berlaku di kota itu tanpa kecuali, dengan balasan dia mendapat semua kesenangan yang ada di kota itu. Pangeran mulai merasa tidak enak dan merasa ada sesuatu yang tidak betul dalam kota itu, pangeran memutuskan untuk kembali ke kerajaannya, tetapi dia takut Raja tidak mau menerimanya. Bukankah pemuda itu sudah mengirimkan surat kepada ayahnya bahwa dia tidak ingin kembali ke sana, dan ayahnya sama sekali tidak peduli dengannya.
Pangeran mulai berjalan tanpa tujuan, dan akhirnya dia menemukan sebuah kandang yang berisi seekor domba. Pangeran merasa bahwa dirinya lebih berharga dan memalukan jika terlihat tidur bersama domba. Maka dia mengusir domba itu keluar dari kandang yang hangat itu, padahal suhu di luar sangatlah dingin. Rasa ego pangeran ditambah perasaan kecewa karena diusir oleh teman-temannya membuat pangeran tidak mempedulikan sekelilingnya. Domba itu diusir keluar dari kandang itu, biarpun demikian domba itu sama sekali tidak mengembik ataupun melawan.
Suhu di luar mulai semakin dingin, biarpun pangeran membuat api unggun di dalam kandang itu, tetap saja tidak dapat mengusir dingin yang semakin menusuk. Dan akhirnya pangeran itu pingsan kedinginan. Saat itu domba dari luar mengawasi terus sang pangeran, dan saat pangeran pingsan, domba itu masuk dan menggugurkan bulu-bulu yang tebal untuk menyelimuti pangeran; setelah itu duduk di sampingnya. Suhu badan yang mulai menghangat membuat pangeran tersadar, dan melihat domba itu duduk di sampingnya.
Rasa ego masih menyelimuti pangeran, walaupun dia tahu bahwa domba itu telah menolongnya. Tetap saja dia mengusir domba itu keluar kembali, dia merasa domba itu tidak pantas untuk tinggal bersamanya. Dan domba itu kembali menunggu di tengah dinginnya malam.
Pangeran yang sudah mulai hangat dengan selimut dari bulu domba, mulai merasakan lapar. Dia baru menyadari bahwa sudah 1 hari ini dia sama sekali belum makan apapun. Perutnya mulai melilit dan mengeluarkan suara yang nyaring. Pangeran merasa hari ini adalah hari terakhirnya dan menyesal kenapa dulu dia meninggalkan kerajaannya dan tidak mendengarkan perkataan ayahnya. Pangeran mulai berteriak dan mulai menyatakan penyesalannya kepada ayahnya. Tiba-tiba domba yang saat itu berada di luar berlari ke dalam dan segera meloncat ke dalam api unggun. Dalam sekejap domba itupun mati tanpa mengembik sedikitpun, menyediakan makanan bagi sang pangeran.
Pangeran yang melihat hal ini merasa menyesal dan malu atas semua perbuatannya selama ini, terlebih kepada domba itu yang telah dia usir, dia jauhkan, tetapi tetap saja memberikan yang terbaik kepadanya. Dalam penyesalannya dia melihat domba itu yang sudah terbakar, dan pandangannya tertuju pada kalung leher yang ada pada domba itu.
Kalung itu bertuliskan: “Kembalilah anak-Ku, Bapa selalu menantikanmu.”
Akhir cerita pangeran segera kembali secepatnya ke kerajaannya, dan mendapatkan ayahnya sedang menunggunya tepat di pintu gerbang kota menantikan kedatangannya dengan pelukan penuh rasa sayang.
Cerita di atas menggambarkan apa yang terjadi kepada kita, kita dahulu tinggal bersama Bapa di surga dengan penuh keindahan. Tetapi kita menolak semuanya itu dan berusaha mencari yang lain yang menurut kita lebih baik. Dan tanpa sadar kita makin lama makin meninggalkan Bapa kita. Kesenangan di dunia ini membuat kita mabuk. Memang teman–teman kita ada yang mengasihi kita, tetapi kasih dari mereka adalah sementara dan seringkali ada maksud di balik semuanya itu. Dan pada akhirnya banyak yang meninggalkan kita di saat pemikiran dan tujuan kita tidak sesuai dengan mereka.
Tetapi walaupun di tengah kesendirian, tidak ada yang peduli terhadap kita. Bapa selalu melihat kita dan menyertai kita. Tetapi walaupun begitu seringkali kita menolak dan mengusir Dia seperti pangeran berulangkali mengusir domba yang telah membantunya. Dan akhirnya Dia pun mengorbankan diriNya untuk menyelamatkan kita manusia, seperti domba itu mengorbankan nyawanya untuk makanan pangeran. Dan pada akhirnya nanti Bapa akan dengan senang hati menanti kita dalam pintu gerbang kerajaanNya.
Kasih dari Bapa sangatlah besar dan tidak terselami oleh kita manusia. Dia merelakan putraNya yang tunggal Yesus Kristus untuk mati di salib demi menyelamatkan kita manusia. Manusia yang lemah dan selalu penuh dengan dosa ini tetap selalu mendapat perhatian yang utama dariNya.
Semoga kisah pendek ini membuat kita sadar akan kehidupan kita, dan akan bagaimana Yesus sangat menyayangi kita dan merindukan kita untuk dapat berkumpul kembali dalam KerajaanNya.
Amin.
Damai Tuhan beserta kita semua.
Pada waktu lampau jauh sebelum Abraham, di suatu daerah berdiri sebuah kerajaan. Raja memerintah dengan sangat baik. Rakyatnya makmur dan bahagia. Setiap hari raja dan rakyat berkumpul dan pesta bersama. Sungguh suatu kerajaan indah tanpa dukacita.
Raja mempunyai putra, pangeran ini penuh dengan rasa ingin tahu. Dia berpikir adakah yg lebih baik dari yang selama ini dia rasakan? Adakah sesuatu yang lebih indah dari kerajaannya? Pangeran ini makin hari rasa ingin tahunya semakin besar, hingga suatu hari dia memutuskan untuk mencari jawaban atas ingin tahunya itu. Dia mengutarakan keinginannya kepada ayahnya, dia tetap tidak percaya ketika ayahnya berkata Kerajaan inilah yang terbaik. Karena sang Raja sangat sayang kepada putranya ini, maka diijinkanlah dia untuk pergi mencari jawaban atas pertanyaannya. Dibekalinya sang anak dengan uang yang berlimpah, dan apapun yang ingin dibawa oleh anaknya. Kepergian sang pangeran ini membuat sedih sang Raja dan seluruh rakyat, tetapi apa boleh buat sang pangeran tetap pada keyakinannya untuk pergi mencari hal yang lebih baik.
Sang Pangeran akhirnya pergi meninggalkan kerajaannya, dia pergi ke kota sebelah. Di sana dia melihat keadaan yang hampir sama dengan kerajaannya. Rakyat di sana juga bahagia dan makmur, tetapi dia merasa ada yang kurang. Rakyat di sana tidak tahu siapa raja mereka, dan bagaimana rupanya. Mereka tidak mengenal raja mereka sendiri. Pangeran merasa kerajaannya masih lebih baik dan diapun kembali meneruskan perjalanannya.
Semakin jauh dia meninggalkan kerajaannya, hal yang dilihat adalah semakin buruk. Orang-orang semakin murung, malas, dan tidak ada gairah hidup. Dalam hatinya dia mulai merasa bahwa perkataan ayahnya adalah benar. Akhirnya sampailah dia di sebuah kota yang sepi. Penduduknya semua bermuka muram dan penuh rasa curiga. Dia mulai merasa putus asa dan ingin segera kembali ke kerajaannya. Dia merasa perjalanannya sebulan ini sia-sia saja. Dalam keletihannya dia menemukan sebuah penginapan dan memutuskan untuk tinggal di sana sehari dan kembali ke kerajaannya esok hari.
Di dalam penginapan itu, dia bertemu dengan seseorang yang terlihat sangat gembira. Sangat mencolok sekali dibandingkan kebanyakan orang yang ada di kota itu. Pangeran merasa keheranan, bagaimana dia terlihat begitu gembira dalam semua kemurungan yang ada di kota ini? Dia mulai mendekati pemuda itu dan berbincang-bincang dengannya. Mereka mulai saling menceritakan diri mereka masing-masing dan mengapa ada di kota ini. Pangeran juga menceritakan tujuan dari perjalanannya selama ini untuk mencari sesuatu yang lebih dari yang ada di kerajaannya, tetapi sampai saat ini belum juga menemukannya dan akan kembali ke kerajaannya esok hari. Pemuda itu ternyata berasal dari arah yang berlawanan dari kerajaan sang Pangeran. Dia menceritakan bahwa di tempatnya semua orang merasa gembira dan tidak ada kesedihan, itulah mengapa dia terlihat selalu tampak gembira. Dan kepergian pemuda itu untuk mencari teman baru dan mengajak orang untuk tinggal di kotanya.
Pangeran tertarik dengan cerita pemuda itu tentang kotanya, dia merasa tempat itulah yang selama ini ia cari. Dia merasa sangat beruntung di saat dia sudah mulai putus asa dan ingin kembali, ada pemuda itu yang memberikan secercah harapan atas pencariannya selama ini. Pangeran itu menyatakan keinginnannya untuk melihat kota pemuda itu. Dan tentu saja pemuda itu menyanggupinya. Keesokan harinya mereka mulai perjalanannya menuju kota pemuda itu.
Perjalanan ke kota pemuda itu tidaklah dekat, dan semakin mereka mendekati kota pemuda itu, keadaan sekitar mereka bukan membaik, tetapi bertambah buruk. Tanah semakin tandus, bahkan rumput dan ilalang pun tidak terlihat. Pangeran semakin heran dengan keadaan sekitarnya, berulangkali dia bertanya kepada pemuda itu apakah mereka tidak salah jalan dan tersesat? Tetapi pemuda itu menyakinkan pangeran bahwa jalan yang mereka tempuh adalah jalan terdekat menuju ke kotanya. Setelah 1 minggu perjalanan sampailah mereka ke kota pemuda itu. Ternyata benar apa yang dikatakan pemuda itu, penduduk di sana semua berwajah riang, semua terlihat gembira dan menikmati hidup mereka, seakan tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Pangeran merasa tempat inilah yang selama ini dicari. Karena sudah lama tidak melihat kerajaannya dan hanya melihat pemandangan yang menyedihkan, pangeran merasa kota ini jauh lebih baik dari yang ada di kerajaannya, semua orang terlihat lebih gembira dari kerajaannya.
Pangeran memutuskan untuk tinggal lebih lama lagi di kota ini, dan meminta pemuda itu untuk membantunya. Pemuda itu dengan senang hati membantu pangeran itu, mencarikan rumah yang terbaik, dan semua barang kebutuhan yang terbaik untuk pangeran itu. Semua orang di kota itu dengan senang hati membantu pangeran itu dari mengenal apa yang ada di kota itu sampai kebutuhan sehari-harinya. Tiap hari di kota itu diadakan pesta dari pesta menyambut pagi, pesta untuk mandi, pesta untuk duduk, bahkan semua kegiatan sekecil apapun diadakan pesta untuk itu. Pangeran merasa tempat ini benar-benar tempat yang paling membahagiakan. Tiap dia merasa kesulitan atau dalam masalah sekecil apapun semua orang di kota ini dengan senang hati membantunya. Segala yang ada di kota itu sangatlah murah, dan penduduk di kota itu sangat murah hati, semua itu membuat pangeran merasa betah di tempat itu dan ingin memutuskan untuk tinggal selamanya di kota itu. Dia mencari pemuda yang membawanya ke kota ini untuk membicarakan cara supaya ia dapat tinggal selamanya di tempat ini.
Saat bertemu, sebelum pangeran menyatakan maksudnya untuk tinggal selamanya, pemuda itu mengatakan bahwa ijin pangeran untuk tinggal di kota ini sudah habis dan harus segera pergi dari kota. Setelah pangeran memberitahu bahwa dia ingin sekali untuk tinggal selamanya di kota, pemuda itu mengatakan bahwa untuk tinggal selamanya di tempat itu sangatlah mudah, yaitu dengan membuat surat bahwa dia tidak mengakui tempat dimana dia dulu tinggal dan seluruh orang yang ditemuinya sebelum sampai di kota ini. Dalam kasus pangeran ini berarti dia harus tidak mengakui kerajaannya, menyangkal ayahnya yang sangat menyayanginya dan melupakan semua rakyat di kerajaannya yang sangat mencintainya. Sebelum pangeran sempat bertanya lagi, pemuda itu mengatakan bahwa dia sudah membantu pangeran untuk masalah ini. Sejak pangeran tiba di kota ini, dia sudah membuat surat kepada ayahnya bahwa pangeran sangat senang tinggal di kota ini dan berencana untuk tinggal selamanya dan supaya Raja melupakan anaknya ini. Pemuda itu juga mengatakan bahwa setelah surat itu dikirim tidak ada sama sekali surat balasan dari Raja yang menyuruh pangeran segera pulang ataupun utusan untuk menjemput sang pangeran.
Perkataan pemuda itu membuat pangeran merasa sedih, dia merasa ayahnya sudah melupakan dia dan merelakan kepergiannya. Dalam hatinya dia merasa rindu untuk kembali ke pelukan ayahnya. Pemuda itu mendesak pangeran untuk segera memberikan jawaban apakah dia benar-benar ingin tinggal di kota ini atau tidak. Dan bila tidak ingin tinggal di kota ini, maka esok hari dia harus segera pergi meninggalkan kota ini. Pemuda itu berharap agar pangeran tetap tinggal di kota ini, karena syarat untuk tinggal di kota ini sangatlah mudah dan dapat dilakukan sekejab saja. Hati pangeran merasa sangat bingung apa yang harus diambil, dia merasa sudah menemukan jawaban atas perjalanannya selama ini, tetapi di pihak lain dia merasa rindu kepada ayahnya. Dia meminta waktu kepada pemuda itu untuk memberikan jawaban keesokan harinya.
Semalaman pangeran memikirkan apa yang harus dia lakukan, di satu sisi dia merasa ingin tinggal selamanya di sini, tetapi dia tidak ingin menyangkal ayahnya. Malam itu dia tidak dapat tidur, terus memikirkan apa yang harus dilakukan esok harinya. Orang–orang di sini begitu baik hati dan sangat mengasihinya, dia merasa tidak enak untuk meninggalkan mereka. Tak terasa pagi hari menjelang, pangeran harus segera memberikan jawaban ke pemuda itu. Sebelum pemuda itu datang, pangeran berjalan – jalan dalam kota untuk melihat terakhir kali sebelum memutuskan apa yang harus diambil. Dalam kota itu dia melihat seorang yang dulu pernah membantunya dalam mencarikan dia tempat tinggal di kota ini. Pangeran menyapa orang itu dengan ramah, tetapi pemuda itu mulai mencaci pangeran itu, “Dasar tidak tahu berterima kasih, cepat kamu keluar dari kota ini!!!” disertai dengan banyak sekali umpatan. Pangeran kaget dengan kejadian yang sangat tiba-tiba itu, dengan segera ditinggalkannya orang itu. Makin lama, jalanan semakin penuh dengan orang–orang dan semua orang mulai mencaci makinya dan mengusirnya dari kota itu. Seluruh kata-kata umpatan ditujukan kepadanya. Orang–orang mulai mendorongnya untuk keluar dari gerbang kota, tidak ada lagi orang yang membantunya.
Pangeran diusir dari kota itu tanpa bekal sama sekali, mereka hanya memberi pangeran sebuah surat untuk ditandatangani supaya dapat kembali ke kota itu. Di luar tembok kota pangeran membuka surat itu dan membacanya. Isinya adalah surat penyangkalan kepada ayahnya dan surat persetujuan tunduk atas semua hukum yang berlaku di kota itu tanpa kecuali, dengan balasan dia mendapat semua kesenangan yang ada di kota itu. Pangeran mulai merasa tidak enak dan merasa ada sesuatu yang tidak betul dalam kota itu, pangeran memutuskan untuk kembali ke kerajaannya, tetapi dia takut Raja tidak mau menerimanya. Bukankah pemuda itu sudah mengirimkan surat kepada ayahnya bahwa dia tidak ingin kembali ke sana, dan ayahnya sama sekali tidak peduli dengannya.
Pangeran mulai berjalan tanpa tujuan, dan akhirnya dia menemukan sebuah kandang yang berisi seekor domba. Pangeran merasa bahwa dirinya lebih berharga dan memalukan jika terlihat tidur bersama domba. Maka dia mengusir domba itu keluar dari kandang yang hangat itu, padahal suhu di luar sangatlah dingin. Rasa ego pangeran ditambah perasaan kecewa karena diusir oleh teman-temannya membuat pangeran tidak mempedulikan sekelilingnya. Domba itu diusir keluar dari kandang itu, biarpun demikian domba itu sama sekali tidak mengembik ataupun melawan.
Suhu di luar mulai semakin dingin, biarpun pangeran membuat api unggun di dalam kandang itu, tetap saja tidak dapat mengusir dingin yang semakin menusuk. Dan akhirnya pangeran itu pingsan kedinginan. Saat itu domba dari luar mengawasi terus sang pangeran, dan saat pangeran pingsan, domba itu masuk dan menggugurkan bulu-bulu yang tebal untuk menyelimuti pangeran; setelah itu duduk di sampingnya. Suhu badan yang mulai menghangat membuat pangeran tersadar, dan melihat domba itu duduk di sampingnya.
Rasa ego masih menyelimuti pangeran, walaupun dia tahu bahwa domba itu telah menolongnya. Tetap saja dia mengusir domba itu keluar kembali, dia merasa domba itu tidak pantas untuk tinggal bersamanya. Dan domba itu kembali menunggu di tengah dinginnya malam.
Pangeran yang sudah mulai hangat dengan selimut dari bulu domba, mulai merasakan lapar. Dia baru menyadari bahwa sudah 1 hari ini dia sama sekali belum makan apapun. Perutnya mulai melilit dan mengeluarkan suara yang nyaring. Pangeran merasa hari ini adalah hari terakhirnya dan menyesal kenapa dulu dia meninggalkan kerajaannya dan tidak mendengarkan perkataan ayahnya. Pangeran mulai berteriak dan mulai menyatakan penyesalannya kepada ayahnya. Tiba-tiba domba yang saat itu berada di luar berlari ke dalam dan segera meloncat ke dalam api unggun. Dalam sekejap domba itupun mati tanpa mengembik sedikitpun, menyediakan makanan bagi sang pangeran.
Pangeran yang melihat hal ini merasa menyesal dan malu atas semua perbuatannya selama ini, terlebih kepada domba itu yang telah dia usir, dia jauhkan, tetapi tetap saja memberikan yang terbaik kepadanya. Dalam penyesalannya dia melihat domba itu yang sudah terbakar, dan pandangannya tertuju pada kalung leher yang ada pada domba itu.
Kalung itu bertuliskan: “Kembalilah anak-Ku, Bapa selalu menantikanmu.”
Akhir cerita pangeran segera kembali secepatnya ke kerajaannya, dan mendapatkan ayahnya sedang menunggunya tepat di pintu gerbang kota menantikan kedatangannya dengan pelukan penuh rasa sayang.
Cerita di atas menggambarkan apa yang terjadi kepada kita, kita dahulu tinggal bersama Bapa di surga dengan penuh keindahan. Tetapi kita menolak semuanya itu dan berusaha mencari yang lain yang menurut kita lebih baik. Dan tanpa sadar kita makin lama makin meninggalkan Bapa kita. Kesenangan di dunia ini membuat kita mabuk. Memang teman–teman kita ada yang mengasihi kita, tetapi kasih dari mereka adalah sementara dan seringkali ada maksud di balik semuanya itu. Dan pada akhirnya banyak yang meninggalkan kita di saat pemikiran dan tujuan kita tidak sesuai dengan mereka.
Tetapi walaupun di tengah kesendirian, tidak ada yang peduli terhadap kita. Bapa selalu melihat kita dan menyertai kita. Tetapi walaupun begitu seringkali kita menolak dan mengusir Dia seperti pangeran berulangkali mengusir domba yang telah membantunya. Dan akhirnya Dia pun mengorbankan diriNya untuk menyelamatkan kita manusia, seperti domba itu mengorbankan nyawanya untuk makanan pangeran. Dan pada akhirnya nanti Bapa akan dengan senang hati menanti kita dalam pintu gerbang kerajaanNya.
Kasih dari Bapa sangatlah besar dan tidak terselami oleh kita manusia. Dia merelakan putraNya yang tunggal Yesus Kristus untuk mati di salib demi menyelamatkan kita manusia. Manusia yang lemah dan selalu penuh dengan dosa ini tetap selalu mendapat perhatian yang utama dariNya.
Semoga kisah pendek ini membuat kita sadar akan kehidupan kita, dan akan bagaimana Yesus sangat menyayangi kita dan merindukan kita untuk dapat berkumpul kembali dalam KerajaanNya.
Amin.
Damai Tuhan beserta kita semua.
Dari Mana Datangnya Kebijaksanaan?
Seorang pencari kebijaksanaan datang menemui sang guru. "Anda hanya memiliki kesempatan untuk mengajukan tiga pertanyaan." Demikian kata sang guru. Orang tersebut mulai berpikir dalam agar tidak mengajukan pertanyaan yang tak berarti. Setiap pertanyaan yang akan diajukan haruslah dipertimbangkan secara masak, dan bisa menjawabi kehausannya akan kebijaksanaan.
Setelah beberapa menit berada dalam keheningan, ia membuka mulut: "Guru terhormat. Dari manakah datangnya kebijaksanaan itu?" Demikian ia mengajukan pertanyaan yang pertama.
"Kebijaksanaan datang dari pengalaman yang baik." Jawab sang guru tanpa berpikir panjang.
Sang pencari kebijaksanaan itu mulai lagi berpikir tentang "pengalaman yang baik" itu. Ia merenungkan semua pengalaman hidupnya di masa silam, namun ia tak tahu pengalaman mana yang bisa dikategorikan sebagai pengalaman yang baik.
Setelah berpikir cukup lama ia memberanikan diri untuk mengajukan pertanyaan kedua: "Guru yang bijaksana! Dari mana datangnya pengalaman yang baik ini?"
"Pengalaman yang baik datangnya dari suatu pertimbangan dan keputusan yang baik." Sang Guru menjawab cepat.
Pertimbangan dan keputusan yang baik. Orang tersebut merenungkan ucapan sang Guru. Ia tahu bahwa setiap keputusan harus diawali oleh suatu pertimbangan yang matang. Namun...apa yang harus dipertimbangkan? Ia bertanya diri. "Guru yang baik. Dari mana datangnya pertimbangan dan keputusan yang baik ini?" Demikian ia mengajukan pertanyaan yang terakhir.
"Pertimbangan dan keputusan yang baik datangnya dari setiap pengalaman yang buruk." Demikian jawab sang Guru.
--------------------
Temanku, setiap hari kita berhadapan dengan sejuta pengalaman yang tak ingin kita terima. Kehidupan berkeluarga mungkin berada di sebuah tepi jurang. Masyalah pekerjaan yang mungkin tak pernah teratasi. Kesehatan yang terganggu. Kehilangan orang yang kita cintai. Dan masih banyak lagi, anda bisa membuat sejuta litani pengalaman kepedihan yang datang menghadang setiap hari. Semua pengalaman ini seumpama sekeping batu, suatu bahan mentah yang menunggu proses pengolahan lebih lanjut agar menjadi barang berharga.
Setelah beberapa menit berada dalam keheningan, ia membuka mulut: "Guru terhormat. Dari manakah datangnya kebijaksanaan itu?" Demikian ia mengajukan pertanyaan yang pertama.
"Kebijaksanaan datang dari pengalaman yang baik." Jawab sang guru tanpa berpikir panjang.
Sang pencari kebijaksanaan itu mulai lagi berpikir tentang "pengalaman yang baik" itu. Ia merenungkan semua pengalaman hidupnya di masa silam, namun ia tak tahu pengalaman mana yang bisa dikategorikan sebagai pengalaman yang baik.
Setelah berpikir cukup lama ia memberanikan diri untuk mengajukan pertanyaan kedua: "Guru yang bijaksana! Dari mana datangnya pengalaman yang baik ini?"
"Pengalaman yang baik datangnya dari suatu pertimbangan dan keputusan yang baik." Sang Guru menjawab cepat.
Pertimbangan dan keputusan yang baik. Orang tersebut merenungkan ucapan sang Guru. Ia tahu bahwa setiap keputusan harus diawali oleh suatu pertimbangan yang matang. Namun...apa yang harus dipertimbangkan? Ia bertanya diri. "Guru yang baik. Dari mana datangnya pertimbangan dan keputusan yang baik ini?" Demikian ia mengajukan pertanyaan yang terakhir.
"Pertimbangan dan keputusan yang baik datangnya dari setiap pengalaman yang buruk." Demikian jawab sang Guru.
--------------------
Temanku, setiap hari kita berhadapan dengan sejuta pengalaman yang tak ingin kita terima. Kehidupan berkeluarga mungkin berada di sebuah tepi jurang. Masyalah pekerjaan yang mungkin tak pernah teratasi. Kesehatan yang terganggu. Kehilangan orang yang kita cintai. Dan masih banyak lagi, anda bisa membuat sejuta litani pengalaman kepedihan yang datang menghadang setiap hari. Semua pengalaman ini seumpama sekeping batu, suatu bahan mentah yang menunggu proses pengolahan lebih lanjut agar menjadi barang berharga.
Berdoalah Sampai Sesuatu Terjadi
[P.U.S.H. = Pray Until Something Happens!!]
Seorang laki-laki sedang tidur di pondoknya ketika kamarnya tiba-tiba menjadi terang, dan nampaklah Sang Juruselamat. Tuhan berkata padanya bahwa ada pekerjaan yang harus dilakukannya. Lalu Tuhan menunjukkan padanya sebua batu besar di depan pondoknya. Tuhan menjelaskan bahwa ia harus mendorong batu itu dengan seluruh kekuatannya. Hal ini dikerjakan laki-laki itu setiap hari. Bertahun- tahun ia bekerja sejak matahari terbit sampai terbenam, pundaknya sering menjadi kaku menahan dingin, ia kelelahan karena mendorong dengan seluruh kemampuannya. Setiap malam laki-laki itu kembali ke kamarnya dengan sedih dan cemas, merasa bahwa sepanjang harinya kosong dan tersia-sia. Ketika laki-laki itu mulai putus asa, si Iblispun mulai mengambil bagian untuk mengacaukan pikirannya "Sekian lama kau telah mendorong batu itu tetapi batu itu tidak bergeming. Apa kau ingin bunuh diri? Kau tidak akan pernah bisa memindahkannnya." Lalu, ditunjukkannya pada laki-laki itu bahwa tugas itu sangat tidak masuk akal dan salah. Pikiran tersebut kemudian membuat laki-laki itu putus asa dan patah semangat. "Mengapa aku harus bunuh diri seperti ini?" pikirnya. "Aku akan menyisihkan waktuku, dengan sedikit usaha, dan itu akan cukup baik."
Dan itulah yang direncanakan, sampai suatu hari diputuskannya untuk berdoa dan membawa pikiran yang mengganggu itu kepada Tuhan. "Tuhan," katanya "Aku telah bekerja keras sekian lama dan melayaniMu, dengan segenap kekuatannku melakukan apa yang Kau inginkan. Tetapi sampai sekarang aku tidak dapat menggerakkan batu itu setengah milimeterpun. Mengapa? Mengapa aku gagal?' Tuhan mendengarnya dengan penuh perhatian,"Sahabatku, ketika aku memintamu untuk melayaniKu dan kau menyanggupi, Aku berkata bahwa tugasmu adalah mendorong batu itu dengan seluruh kekuatanmu seperti yang telah kau lakukan. Tapi tidak sekalipun Aku berkata bahwa kau mesti menggesernya. Tugasmu hanyalah mendorong. Dan kini kau datang padaKu dengan tenaga terkuras, berpikir bahwa kau telah gagal. tetapi apakah benar?
Lihatlah dirimu. Lenganmu kuat dan berotot, punggungmu tegap dan coklat, tanganmu keras karena tekanan terus- menerus, dan kakimu menjadi gempal dan kuat. Sebaliknya kau telah bertumbuh banyak dan kini kemampuanmu melebihi sebelumnya. Meski kau belum menggeser batu itu. Tetapi panggilanmu adalah menurut dan mendorong dan belajar untuk setia dan percaya akan hikmatKu. Ini yang kau telah selesaikan. Aku, sahabatku, sekarang akan memindahkan batu itu." Terkadang, ketika kita mendengar suara Tuhan, kita cenderung menggunakan pikiran kita untuk menganalisa keinginanNya, sesungguhnya apa yang Tuhan inginkan adalah hal-hal yang sangat sederhana agar menuruti dan setia kepadaNya....
Dengan kata lain, berlatih menggeser gunung-gunung, tetapi kita tahu bahwa Tuhan selalu ada dan Dialah yang dapat memindahkannya. Ketika segalah sesuatu kelihatan keliru.... lakukan P.U.S.H. (PUSH = dorong)
Ketika pekerjaanmu mulai menurun.... lakukan P.U.S.H.
Ketika orang-orang tidak berlaku seperti yang semestinya mereka lakukan.... lakukan P.U.S.H.
Ketika uangmu seperti "lenyap" dan tagihan-tagihan mulai harus dibayar.... lakukan P.U.S.H.
P. Pray
U. Until
S. Something
H. Happens
PUSH = Pray Until Something HAPPENS!! (Berdoalah sampai sesuatu terjadi)
Seorang laki-laki sedang tidur di pondoknya ketika kamarnya tiba-tiba menjadi terang, dan nampaklah Sang Juruselamat. Tuhan berkata padanya bahwa ada pekerjaan yang harus dilakukannya. Lalu Tuhan menunjukkan padanya sebua batu besar di depan pondoknya. Tuhan menjelaskan bahwa ia harus mendorong batu itu dengan seluruh kekuatannya. Hal ini dikerjakan laki-laki itu setiap hari. Bertahun- tahun ia bekerja sejak matahari terbit sampai terbenam, pundaknya sering menjadi kaku menahan dingin, ia kelelahan karena mendorong dengan seluruh kemampuannya. Setiap malam laki-laki itu kembali ke kamarnya dengan sedih dan cemas, merasa bahwa sepanjang harinya kosong dan tersia-sia. Ketika laki-laki itu mulai putus asa, si Iblispun mulai mengambil bagian untuk mengacaukan pikirannya "Sekian lama kau telah mendorong batu itu tetapi batu itu tidak bergeming. Apa kau ingin bunuh diri? Kau tidak akan pernah bisa memindahkannnya." Lalu, ditunjukkannya pada laki-laki itu bahwa tugas itu sangat tidak masuk akal dan salah. Pikiran tersebut kemudian membuat laki-laki itu putus asa dan patah semangat. "Mengapa aku harus bunuh diri seperti ini?" pikirnya. "Aku akan menyisihkan waktuku, dengan sedikit usaha, dan itu akan cukup baik."
Dan itulah yang direncanakan, sampai suatu hari diputuskannya untuk berdoa dan membawa pikiran yang mengganggu itu kepada Tuhan. "Tuhan," katanya "Aku telah bekerja keras sekian lama dan melayaniMu, dengan segenap kekuatannku melakukan apa yang Kau inginkan. Tetapi sampai sekarang aku tidak dapat menggerakkan batu itu setengah milimeterpun. Mengapa? Mengapa aku gagal?' Tuhan mendengarnya dengan penuh perhatian,"Sahabatku, ketika aku memintamu untuk melayaniKu dan kau menyanggupi, Aku berkata bahwa tugasmu adalah mendorong batu itu dengan seluruh kekuatanmu seperti yang telah kau lakukan. Tapi tidak sekalipun Aku berkata bahwa kau mesti menggesernya. Tugasmu hanyalah mendorong. Dan kini kau datang padaKu dengan tenaga terkuras, berpikir bahwa kau telah gagal. tetapi apakah benar?
Lihatlah dirimu. Lenganmu kuat dan berotot, punggungmu tegap dan coklat, tanganmu keras karena tekanan terus- menerus, dan kakimu menjadi gempal dan kuat. Sebaliknya kau telah bertumbuh banyak dan kini kemampuanmu melebihi sebelumnya. Meski kau belum menggeser batu itu. Tetapi panggilanmu adalah menurut dan mendorong dan belajar untuk setia dan percaya akan hikmatKu. Ini yang kau telah selesaikan. Aku, sahabatku, sekarang akan memindahkan batu itu." Terkadang, ketika kita mendengar suara Tuhan, kita cenderung menggunakan pikiran kita untuk menganalisa keinginanNya, sesungguhnya apa yang Tuhan inginkan adalah hal-hal yang sangat sederhana agar menuruti dan setia kepadaNya....
Dengan kata lain, berlatih menggeser gunung-gunung, tetapi kita tahu bahwa Tuhan selalu ada dan Dialah yang dapat memindahkannya. Ketika segalah sesuatu kelihatan keliru.... lakukan P.U.S.H. (PUSH = dorong)
Ketika pekerjaanmu mulai menurun.... lakukan P.U.S.H.
Ketika orang-orang tidak berlaku seperti yang semestinya mereka lakukan.... lakukan P.U.S.H.
Ketika uangmu seperti "lenyap" dan tagihan-tagihan mulai harus dibayar.... lakukan P.U.S.H.
P. Pray
U. Until
S. Something
H. Happens
PUSH = Pray Until Something HAPPENS!! (Berdoalah sampai sesuatu terjadi)
Ayah yang Luar Biasa
Ada sebuah kisah yang mengharukan tentang hubungan seorang ayah dengan anaknya yang cacat sejak dari lahirnya. Sang ayah bernama Dick dan si anak bernama Rick. Dick dan Rick Hoyt adalah ayah dan anak, sekaligus salah satu tim yang ikut serta dalam sebuah pertandingan triathlon yaitu semacam marathon dengan rupa-rupa olah raga seperti lari yang berjarak 26,2 mil, ditambah bersepeda sejauh 112 mil, serta berenang 2,4 mil. Belum lagi mereka harus mendaki gunung dan lain sebagainya. Total keseluruhannya sekitar 3,735 mil.
Dick Hoyt, sang ayah yang berusia 65 tahun saat itu, mendorong dan menarik Rick yang hanya dapat duduk dibangku roda karena kondisi tubuhnya yang cacat. Sebenarnya, sejak Rick lahir Dick dan istrinya sudah mengetahui bahwa mereka akan memiliki anak yang cacat. Namun, mereka tetap menerima keadaan Rick.
Pada saat pertandingan triathlon ini akan diselenggarakan, Rick berkata kepada ayahnya apakah ia dapat mengikuti pertandingan itu. Dan tanpa ragu, sang ayahpun bersedia untuk mengikutinya. Jadilah mereka mengikuti pertandingan yang menghabiskan waktu sangat lama itu. Sepanjang pertandingan, Dick terus mendorong dan menarik Rick. Dick berjuang dengan sekuat tenaga berenang menarik Rick yang terbaring di dalam perahu.Dick berlari mendorong kursi roda Rick tanpa lelah, Dick menggendong Rick memindahkannya dari satu tempat ke tempat lainnya, mereka berdua melewati lika-liku perjalanan yang sulit ditempuh dengan waktu yang sangat lama. Ketika pertandingan usai, dan Rick ditanya mengenai perasaannya saat menjalani pertandingan bersama ayahnya, Rickpun menjawab,”aku merasa seperti aku tidak cacat, dan aku ingin sekali membiarkan ayah yang duduk di kursi roda ini dan aku yang berlari mendorong dan menariknya.” Ternyata, apa yang Dick lakukan menimbulkan dampak yang luar biasa bagi Rick. Memang, Dick adalah ayah yang luar biasa. Ia rela berlari, berenang, mendorong, menarik dan menggendong sang anak sepanjang medan pertandingan. Sekalipun anaknya memiliki keterbatasan, Dick terus ada dengan setia melewati keseluruhan pertandingan itu.
Kisah ini membuktikan kepada kita bahwa ada sebuah pengorbanan yang rela diberikan seorang ayah terhadap anaknya yang sangat terbatas. Ada seorang ayah yang punya cinta kasih yang begitu besar menerima sang anak dengan ketidaksempurnaan tubuh. Ada seorang ayah yang selalu mau berlari, berenang, mendaki, mendorong dan menarik tubuh sang anak untuk bersama melewati sebuah pertandingan dengan medan yang sangat berat dengan jarak dan waktu yang sangat lama. Ada seorang ayah yang menyatakan ia bersedia untuk bertanding bersama sang anak sekalipun ia tahu anaknya tidak dapat berbuat banyak. Ada seorang ayah yang tahu bahwa sang anakpun dapat bertahan dalam pertandingan itu, bahwa sang anak kuat untuk bertanding karena ada ayah disisinya yang dengan setia selalu bersamanya.
Sungguh, kisah inipun juga mengingatkan kepada kita betapa setiap dari kitapun juga memiliki Bapa yang rela berkorban untuk kita. Bapa yang kasihnya sangat besar sehingga kita dicintainya apa adanya. Bapa yang mau berjalan, berlari, mendaki, mendorong, menarik kita agar kita aman dan kuat. Bapa yang setia bersama kita saat kita senang, susah dan sakit. Ya, Bapa yang patut kita banggakan dan syukuri. Cintanya yang luar biasa selalu tersedia untuk kita.
"Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus AnakNya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup olehNya" 1 Yohanes 4:9
Dick Hoyt, sang ayah yang berusia 65 tahun saat itu, mendorong dan menarik Rick yang hanya dapat duduk dibangku roda karena kondisi tubuhnya yang cacat. Sebenarnya, sejak Rick lahir Dick dan istrinya sudah mengetahui bahwa mereka akan memiliki anak yang cacat. Namun, mereka tetap menerima keadaan Rick.
Pada saat pertandingan triathlon ini akan diselenggarakan, Rick berkata kepada ayahnya apakah ia dapat mengikuti pertandingan itu. Dan tanpa ragu, sang ayahpun bersedia untuk mengikutinya. Jadilah mereka mengikuti pertandingan yang menghabiskan waktu sangat lama itu. Sepanjang pertandingan, Dick terus mendorong dan menarik Rick. Dick berjuang dengan sekuat tenaga berenang menarik Rick yang terbaring di dalam perahu.Dick berlari mendorong kursi roda Rick tanpa lelah, Dick menggendong Rick memindahkannya dari satu tempat ke tempat lainnya, mereka berdua melewati lika-liku perjalanan yang sulit ditempuh dengan waktu yang sangat lama. Ketika pertandingan usai, dan Rick ditanya mengenai perasaannya saat menjalani pertandingan bersama ayahnya, Rickpun menjawab,”aku merasa seperti aku tidak cacat, dan aku ingin sekali membiarkan ayah yang duduk di kursi roda ini dan aku yang berlari mendorong dan menariknya.” Ternyata, apa yang Dick lakukan menimbulkan dampak yang luar biasa bagi Rick. Memang, Dick adalah ayah yang luar biasa. Ia rela berlari, berenang, mendorong, menarik dan menggendong sang anak sepanjang medan pertandingan. Sekalipun anaknya memiliki keterbatasan, Dick terus ada dengan setia melewati keseluruhan pertandingan itu.
Kisah ini membuktikan kepada kita bahwa ada sebuah pengorbanan yang rela diberikan seorang ayah terhadap anaknya yang sangat terbatas. Ada seorang ayah yang punya cinta kasih yang begitu besar menerima sang anak dengan ketidaksempurnaan tubuh. Ada seorang ayah yang selalu mau berlari, berenang, mendaki, mendorong dan menarik tubuh sang anak untuk bersama melewati sebuah pertandingan dengan medan yang sangat berat dengan jarak dan waktu yang sangat lama. Ada seorang ayah yang menyatakan ia bersedia untuk bertanding bersama sang anak sekalipun ia tahu anaknya tidak dapat berbuat banyak. Ada seorang ayah yang tahu bahwa sang anakpun dapat bertahan dalam pertandingan itu, bahwa sang anak kuat untuk bertanding karena ada ayah disisinya yang dengan setia selalu bersamanya.
Sungguh, kisah inipun juga mengingatkan kepada kita betapa setiap dari kitapun juga memiliki Bapa yang rela berkorban untuk kita. Bapa yang kasihnya sangat besar sehingga kita dicintainya apa adanya. Bapa yang mau berjalan, berlari, mendaki, mendorong, menarik kita agar kita aman dan kuat. Bapa yang setia bersama kita saat kita senang, susah dan sakit. Ya, Bapa yang patut kita banggakan dan syukuri. Cintanya yang luar biasa selalu tersedia untuk kita.
"Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus AnakNya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup olehNya" 1 Yohanes 4:9
Allah Bapa Seperti Pemulung
"Ada satu hal di mana TUHAN tidak berkuasa untuk melakukannya" TUHAN tidak berkuasa untuk tidak menepati janjiNYA. Ia begitu setia akan janjiNYA.(Mazmur 12:7)
Suatu hari Guru sekolah minggu memberikan tugas kepada murid-muridnya: Seperti apa Allah Bapa itu? "Untuk mudahnya, kalian harus melihat Dia sebagai seorang Bapa.. seorang papi," ujar guru tsb.
Minggu berikutnya, guru tsb menagih PR dari setiap murid yang ada. "Allah Bapa itu seperti Dokter!" ujar seorang anak yang papanya adalah dokter. "Ia sanggup menyembuhkan sakit penyakit seberat apapun!" "Allah Bapa itu seperti Guru!" ujar seorang anak yang lain. "Dia selalu mengajarkan kita untuk melakukan yang baik dan benar." "Allah Bapa itu seperti Hakim!" ujar seorang anak yang papanya adalah hakim dengan bangga,"Ia adil dan memutuskan segala perkara di bumi." "Menurut aku Allah Bapa itu seperti Arsitek. Dia membangun rumah yang indah untuk kita di surga!" ujar seorang anak tidak mau kalah. "Allah Bapa itu Raja! Paling tinggi di antara yang lain!" "Allah Bapa itu pokoknya kaya sekali deh! Apa saja yang kita minta Dia punya!" ujar seorang anak konglomerat.
Guru tsb tersenyum ketika satu demi satu anak memperkenalkan image Allah Bapa dengan semangat. Tetapi ada satu anak yang sedari tadi diam saja dan nampak risih mendengar jawaban anak2 lain. "Eddy, menurut kamu siapa Allah Bapa itu?" ujar ibu guru dengan lembut. Ia tahu anak ini tidak seberuntung anak2 yang lain dalam hal ekonomi, dan cenderung lebih tertutup.
Eddy hampir2 tidak mengangkat mukanya, dan suaranya begitu pelan waktu menjawab,"Ayah saya seorang pemulung... jadi saya pikir... Allah Bapa itu Seorang Pemulung Ulung." Ibu guru terkejut bukan main, dan anak-anak lain mulai protes mendengar Allah Bapa disamakan dengan pemulung. Eddy mulai ketakutan. "Eddy,"ujar ibu guru lagi. "Mengapa kamu samakan Allah Bapa dengan pemulung?"
Untuk pertama kalinya Eddy mengangkat wajahnya dan menatap ke sekeliling sebelum akhirnya menjawab,"Karena Ia memungut sampah yang tidak berguna seperti Eddy dan menjadikan Eddy manusia baru, Ia menjadikan Eddy anakNya."
Memang bukankah Dia adalah Pemulung Ulung? Dia memungut sampah-sampah seperti saudara dan saya, menjadikan kita anak-anakNya, hidup baru bersama Dia, dan bahkan menjadikan kita pewaris kerajaan Allah.
Yohanes 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Efesus 2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu sendiri melainkan pemberian Allah.
Our God is able! "Not by power, not by might, but by My Spirits, says the LORD" (Zach 4:6)
Suatu hari Guru sekolah minggu memberikan tugas kepada murid-muridnya: Seperti apa Allah Bapa itu? "Untuk mudahnya, kalian harus melihat Dia sebagai seorang Bapa.. seorang papi," ujar guru tsb.
Minggu berikutnya, guru tsb menagih PR dari setiap murid yang ada. "Allah Bapa itu seperti Dokter!" ujar seorang anak yang papanya adalah dokter. "Ia sanggup menyembuhkan sakit penyakit seberat apapun!" "Allah Bapa itu seperti Guru!" ujar seorang anak yang lain. "Dia selalu mengajarkan kita untuk melakukan yang baik dan benar." "Allah Bapa itu seperti Hakim!" ujar seorang anak yang papanya adalah hakim dengan bangga,"Ia adil dan memutuskan segala perkara di bumi." "Menurut aku Allah Bapa itu seperti Arsitek. Dia membangun rumah yang indah untuk kita di surga!" ujar seorang anak tidak mau kalah. "Allah Bapa itu Raja! Paling tinggi di antara yang lain!" "Allah Bapa itu pokoknya kaya sekali deh! Apa saja yang kita minta Dia punya!" ujar seorang anak konglomerat.
Guru tsb tersenyum ketika satu demi satu anak memperkenalkan image Allah Bapa dengan semangat. Tetapi ada satu anak yang sedari tadi diam saja dan nampak risih mendengar jawaban anak2 lain. "Eddy, menurut kamu siapa Allah Bapa itu?" ujar ibu guru dengan lembut. Ia tahu anak ini tidak seberuntung anak2 yang lain dalam hal ekonomi, dan cenderung lebih tertutup.
Eddy hampir2 tidak mengangkat mukanya, dan suaranya begitu pelan waktu menjawab,"Ayah saya seorang pemulung... jadi saya pikir... Allah Bapa itu Seorang Pemulung Ulung." Ibu guru terkejut bukan main, dan anak-anak lain mulai protes mendengar Allah Bapa disamakan dengan pemulung. Eddy mulai ketakutan. "Eddy,"ujar ibu guru lagi. "Mengapa kamu samakan Allah Bapa dengan pemulung?"
Untuk pertama kalinya Eddy mengangkat wajahnya dan menatap ke sekeliling sebelum akhirnya menjawab,"Karena Ia memungut sampah yang tidak berguna seperti Eddy dan menjadikan Eddy manusia baru, Ia menjadikan Eddy anakNya."
Memang bukankah Dia adalah Pemulung Ulung? Dia memungut sampah-sampah seperti saudara dan saya, menjadikan kita anak-anakNya, hidup baru bersama Dia, dan bahkan menjadikan kita pewaris kerajaan Allah.
Yohanes 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Efesus 2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu sendiri melainkan pemberian Allah.
Our God is able! "Not by power, not by might, but by My Spirits, says the LORD" (Zach 4:6)
Aku Punya Allah yang Hidup
Haleluya! Dalam nama Tuhan Yesus saya bersaksi,
Kemurahan Bapa di Sorga telah membuat saya lepas dari belenggu depresi yang tiada henti menimpa saya dalam tiga tahun terakhir. Masa lalu saya memang kelam, namun Allah Bapa yang maha kasih melalui RohNya menanamkan kepada saya bahwa dalam namaNya semua kenangan buruk itu mengantarkan saya kepada pengenalan yang dalam akan Yesus Kristus. Kiranya kesaksian saya ini memberikan harapan kepada mereka yang sedang dalam pencarian akan hidup yang berarti.
Tiga Tahun yang Sukar
Pikiran bunuh diri itu mulai menganggu saya di pertengahan tahun 2005. Saat itu segala kekuatiran saya mencapai puncaknya. Saya merasa hidup ini tidak berarti lagi karena hubungan saya dengan orang tua dan saudara-saudara yang sedang memburuk, juga saya tidak suka berhadapan dengan teori-teori mengajar yang menurut saya tidak ada gunanya. Selain itu saya merasa sangat kesepian, kehidupan bergerejapun terasa seperti rutinitas belaka. Perkuliahan yang menurut saya semakin lama semakin berat dan perasaan akan tidak berguna yang menyelimuti saya karena saya tidak seperti teman-teman kuliah saya yang sebagian besar telah memperoleh uang dari hasil mengajar membuat saya tenggelama dalam perasaan yang tak menentu. Awalnya saya merasa suara-suara yang menyuruh saya untuk bunuh diri itu merupakan bagian dari pencobaan yang harus saya kalahkan karena sebelumnya saya sering sekali memperoleh penglihatan-penglihatan di mana dalam penglihatan-penglihatan itu saya melihat bagaimana Tuhan Yesus mengalahkan iblis yang sedang memburu jiwa saya.
Saya harus masuk rumah sakit untuk memperoleh perawatan di akhir tahun 2005. Pada saat itu saya sungguh tidak mengerti mengapa tidak seperti biasanya Tuhan Yesus melepaskan saya dari kuasa kegelapan. Kali ini Tuhan seolah tinggal diam dan membiarkan jiwa saya kosong, berada dalam jerat iblis. Dengan berat hati saya terpaksa minum obat yang diberikan oleh psikiater. Dalam hati saya merasa benci sekali dengan keharusan saya untuk mengkonsumsi obat, tetapi saya sungguh tidak tahu bagaimana mengisi kekosongan dalam hidup saya. Lagipula, orang tua saya sepertinya sangat mempercayai setiap perkataan dari psikiater. Bagaimanapun juga, karena keharusan untuk minum obat secara teratur, saya merasa bagai orang yang sakit; saya takut sekali orang lain tahu bahwa saya pernah dirawat di rumah sakit akibat kehilangan pengendalian diri dan bahwa hidup saya kini tergantung pada obat.
Sejak saya keluar dari rumah sakit, saya sangat aktif dalam berbagai pelayanan di gereja. Namun demikian, hal tersebut tidak dapat memuaskan hati saya; saya tetap hidup dalam ketidakpastian, seolah hidup ini tidak bertujuan bagi saya. Dengan sangat terpaksa saya terus melanjutkan kuliah; perasaan ingin bunuh diri itu semakin menguat dari hari ke hari, ditambah lagi di saat saya mulai putus asa ada banyak sekali suara-suara yang meyakinkan saya bahwa bunuh diri adalah jalan terbaik bagi saya. Saya selalu ingin menghindar bertemu teman-teman kuliah saya; sayapun juga merasa rendah dibandingkan dengan saudara-saudara saya. Ketakutan akan uang terus mendera saya, apalagi ayah saya terus-menerus memaksa saya untuk menjadi seorang yang pandai berbisnis. Saya tahu pasti bahwa saya tidak suka bisnis tetapi di sisi lain saya juga tidak tahu saya ingin menjadi apa. Saya hanya bisa diam dan merasa sedih dalam hati ketika ayah saya terus membanggakan dirinya yang sangat pandai berbisnis. Di awal tahun 2007 atas perintah suara-suara, saya memutuskan untuk berhenti kuliah. Saya merasa meledak, semakin lama semuanya makin suram bagi saya. Bagi saya gelar S1 tidak lagi penting; saya merasa saya pasti akan menangis di hari wisuda saya karena saya merasa semua teman kuliah saya jahat, dan tentunya tidak ada yang dapat saya banggakan dari apa yang telah saya pelajari selama kuliah.
Ketika semuanya serba tak menentu, tiba-tiba suara-suara yang saya anggap sebagai suara Tuhan itu menyuruh saya untuk kembali kuliah. Suara-suara tersebut juga mengatakan kepada saya bahwa saya sangat membutuhkan pertolongan psikiater juga psikolog, bahkan suara-suara tersebut menjamin bahwa saya boleh terbuka pada mereka karena mereka pasti dapat menolong saya. Perkuliahan itu membuat saya semakin depresi, dan tak henti-hentinya saya meminta Tuhan untuk lebih baik membunuh saya daripada saya harus menyelesaikan kuliah saya. Psikiater menyarankan saya untuk minum obat teratur untuk membuat pikiran saya jernih sehingga saya dapat berpikir jernih. Saya sangat mempercayai perkataan psikiater pada mulanya, namun seiring dengan berjalannya waktu, saya merasa obat yang diberikan psikiater itu tidak cocok bagi saya karena bukan hanya saya tetap kehilangan semangat hidup, yang pasti pikiran bunuh diri itu makin lama makin menguasai diri saya. Terhadap psikolog saya juga menaruh harapan untuk bisa beraktivitas dengan normal setelah melalui beberapa sesi. Namun, dari sesi ke sesi saya merasa psikolog itu semakin menuduh saya sebagai orang yang ragu-ragu, selalu menyesali keputusan yang telah saya ambil, dan yang terutama takut menghadapi tantangan. Saya sadar bahwa saya memang butuh teman bicara, tetapi sepertinya psikolog itu cenderung untuk memarahi saya karena saya selalu datang dengan keluhan yang hampir sama. Sementara itu, saya juga tidak berani berterus-terang kepada psikiater mengenai pergumulan yang sedang saya alami karena takut ia akan memberi saya obat tambahan, padahal saya tahu pasti bahwa obat anti depresi itu akan membuat saya sakit maag dan tatapan mata saya kosong.
Pada akhirnya saya memang dapat menyelesaikan kuliah, tetapi ketakutan memasuki dunia kerja tidak dapat lepas dari pikiran saya. Setelah dinyatakan lulus pada pertengahan tahun 2008, sesungguhnya saya berada dalam kebingungan yang amat sangat. Hati saya ingin meninggalkan Indonesia secepatnya karena saya merasa tidak ada pekerjaan yang cocok bagi saya di sini tetapi bukan hanya karena orang tua tidak akan mengizinkan saya pergi jauh, namun juga peluang saya untuk pergi akan sangat kecil jika saya tidak menggunakan uang saya sendiri. Hal itu berarti saya harus bekerja, tetapi saya ingin hasil yang instan, saya ingin memperoleh banyak uang segera agar saya dapat segera keluar negeri. Karenanya, saya merasa terjebak; saya tahu saya membutuhkan pekerjaan tetapi saya pikir saya akan merasa sangat tersiksa dengan pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat saya. Setelah melalui berbagai proses, sayapun diterima sebagai guru bahasa inggris di suatu lembaga kursus. Saya sering merasa saya salah masuk ke sana karena sejak training saya tidak pernah nyambung dengan berbagai teknik mengajar yang disampaikan. Lagipula, saya teringat pengalaman buruk saya saat praktek ngajar di suatu SMU pada waktu kuliah. Waktu itu murid-murid sama sekali tidak mendengarkan saya, suasana kelas sangat tidak terkendali. Saya ingin sekali mundur tetapi saya sudah terlanjur menandatangani kontrak selama 1 tahun. Berulang kali saya minta kepada Tuhan agar saya bisa keluar dari sana, saya katakan kepadaNya lebih baik saya mati daripada saya harus mengajar.
Mujizat Allah Nyata
Berkat pertolongan Tuhan dan jamahan kuasa Roh Kudus, segala macam suara dan penglihatan itu pada akhirnya hilang. Saya katakan pada Tuhan bahwa sesungguhnya saya sangat memerlukan psikiater dan psikolog dalam diriNya karena terbukti psikiater dan psikolog yang menangani saya tidak dapat menolong saya lagi. Hari-hari saya sangat kosong, saya sungguh tidak mengerti mengapa segala sesuatu yang saya lakukan sepertinya serba salah, seolah membuktikan bahwa diagnosa psikolog terhadap saya itu benar dan bahwa perkataan psikiater adalah benar bahwa saya harus mencari banyak kegiatan dan tidak boleh terlalu banyak sendirian. Seringkali saya takut sendiri bahwa suatu hari nanti saya akan menjadi gila karena masih hidup di Jakarta. Setiap bangun pagi saya selalu merasa letih dan tidak semangat. Saya tidak tahu untuk apa saya hidup pada hari itu. Selain itu hati saya senantiasa dipenuhi dengan duka, dan saya tidak tahu sebabnya.
Di saat saya sedang putus asa dan tidak tahu apa yang harus saya perbuat, saya teringat bahwa Tuhan Yesus itu jauh lebih berharga dari teman-teman yang saya miliki bahkan dari seluruh hidup saya. Suatu lagu hymn juga mengingatkan saya bahwa hanya Tuhan Yesus seorang yang dapat menolong saya. Sebenarnya saya sudah bosan sekali dengan keinginan saya untuk bunuh diri tetapi saya tidak punya kekuatan untuk lepas darinya. Saya sering bertanya-tanya dalam diri saya, apa Tuhan tidak kasihan terhadap saya karena sudah tiga tahun saya terus hidup dalam kekelaman, seolah pikiran mau bunuh diri itu telah menjadi bagian dari hidup saya. Orang-orang yang mendengar keluhan saya ini pasti juga telah bosan, maka saya penuh keraguan apa Tuhan masih mengasihi jiwa saya. Saya merasa bagai penjahat yang pantas mati karena saya tak dapat mengasihi orang-orang di sekeliling saya. Saya juga telah merepotkan Tuhan karena kemauan saya yang kuat untuk mengakhiri hidup saya. Ketika jalan yang saya tempuh makin lama makin terjal, saya dapat merasakan bahwa Tuhan Yesus mempunyai kasih yang sangat besar terhadap saya; Ia mencari saya yang sedang berada dalam dosa. Di saat saya tak lagi bersemangat untuk berdoa, memuji Tuhan ataupun membaca Alkitab, saya dapat merasakan pengampunanNya yang sempurna, namaNya yang indah menghapus segala ketidaknyamanan dalam hati saya, dan mengantarkan jiwa saya yang telah hancur kepada kebenaran sejati.
Tuhan Yesus telah memberikan saya pengharapan di dunia dan sukacita dari Sorga sehingga saya tidak lagi ingin mati. Ia telah membuktikan kepada saya bahwa karya Roh Kudus masih nyata sampai saat ini, dan Ia masih peduli terhadap saya di saat saya berseru memanggil namaNya. Kasih karuniaNya dapat saya rasakan sepanjang waktu, ada perubahan yang nyata sejak saya sungguh-sungguh bertekun dalamNya. Saat ini dengan berani saya mengatakan bahwa Allah kita adalah Allah yang hidup, dan perbuatanNya yang ajaib nyata bagi mereka yang mendekat kepadaNya.
Segala kemuliaan hanya bagi nama Tuhan. Amin.
Kumala
Email: kumalawaty.sundari@yahoo.com
Kemurahan Bapa di Sorga telah membuat saya lepas dari belenggu depresi yang tiada henti menimpa saya dalam tiga tahun terakhir. Masa lalu saya memang kelam, namun Allah Bapa yang maha kasih melalui RohNya menanamkan kepada saya bahwa dalam namaNya semua kenangan buruk itu mengantarkan saya kepada pengenalan yang dalam akan Yesus Kristus. Kiranya kesaksian saya ini memberikan harapan kepada mereka yang sedang dalam pencarian akan hidup yang berarti.
Tiga Tahun yang Sukar
Pikiran bunuh diri itu mulai menganggu saya di pertengahan tahun 2005. Saat itu segala kekuatiran saya mencapai puncaknya. Saya merasa hidup ini tidak berarti lagi karena hubungan saya dengan orang tua dan saudara-saudara yang sedang memburuk, juga saya tidak suka berhadapan dengan teori-teori mengajar yang menurut saya tidak ada gunanya. Selain itu saya merasa sangat kesepian, kehidupan bergerejapun terasa seperti rutinitas belaka. Perkuliahan yang menurut saya semakin lama semakin berat dan perasaan akan tidak berguna yang menyelimuti saya karena saya tidak seperti teman-teman kuliah saya yang sebagian besar telah memperoleh uang dari hasil mengajar membuat saya tenggelama dalam perasaan yang tak menentu. Awalnya saya merasa suara-suara yang menyuruh saya untuk bunuh diri itu merupakan bagian dari pencobaan yang harus saya kalahkan karena sebelumnya saya sering sekali memperoleh penglihatan-penglihatan di mana dalam penglihatan-penglihatan itu saya melihat bagaimana Tuhan Yesus mengalahkan iblis yang sedang memburu jiwa saya.
Saya harus masuk rumah sakit untuk memperoleh perawatan di akhir tahun 2005. Pada saat itu saya sungguh tidak mengerti mengapa tidak seperti biasanya Tuhan Yesus melepaskan saya dari kuasa kegelapan. Kali ini Tuhan seolah tinggal diam dan membiarkan jiwa saya kosong, berada dalam jerat iblis. Dengan berat hati saya terpaksa minum obat yang diberikan oleh psikiater. Dalam hati saya merasa benci sekali dengan keharusan saya untuk mengkonsumsi obat, tetapi saya sungguh tidak tahu bagaimana mengisi kekosongan dalam hidup saya. Lagipula, orang tua saya sepertinya sangat mempercayai setiap perkataan dari psikiater. Bagaimanapun juga, karena keharusan untuk minum obat secara teratur, saya merasa bagai orang yang sakit; saya takut sekali orang lain tahu bahwa saya pernah dirawat di rumah sakit akibat kehilangan pengendalian diri dan bahwa hidup saya kini tergantung pada obat.
Sejak saya keluar dari rumah sakit, saya sangat aktif dalam berbagai pelayanan di gereja. Namun demikian, hal tersebut tidak dapat memuaskan hati saya; saya tetap hidup dalam ketidakpastian, seolah hidup ini tidak bertujuan bagi saya. Dengan sangat terpaksa saya terus melanjutkan kuliah; perasaan ingin bunuh diri itu semakin menguat dari hari ke hari, ditambah lagi di saat saya mulai putus asa ada banyak sekali suara-suara yang meyakinkan saya bahwa bunuh diri adalah jalan terbaik bagi saya. Saya selalu ingin menghindar bertemu teman-teman kuliah saya; sayapun juga merasa rendah dibandingkan dengan saudara-saudara saya. Ketakutan akan uang terus mendera saya, apalagi ayah saya terus-menerus memaksa saya untuk menjadi seorang yang pandai berbisnis. Saya tahu pasti bahwa saya tidak suka bisnis tetapi di sisi lain saya juga tidak tahu saya ingin menjadi apa. Saya hanya bisa diam dan merasa sedih dalam hati ketika ayah saya terus membanggakan dirinya yang sangat pandai berbisnis. Di awal tahun 2007 atas perintah suara-suara, saya memutuskan untuk berhenti kuliah. Saya merasa meledak, semakin lama semuanya makin suram bagi saya. Bagi saya gelar S1 tidak lagi penting; saya merasa saya pasti akan menangis di hari wisuda saya karena saya merasa semua teman kuliah saya jahat, dan tentunya tidak ada yang dapat saya banggakan dari apa yang telah saya pelajari selama kuliah.
Ketika semuanya serba tak menentu, tiba-tiba suara-suara yang saya anggap sebagai suara Tuhan itu menyuruh saya untuk kembali kuliah. Suara-suara tersebut juga mengatakan kepada saya bahwa saya sangat membutuhkan pertolongan psikiater juga psikolog, bahkan suara-suara tersebut menjamin bahwa saya boleh terbuka pada mereka karena mereka pasti dapat menolong saya. Perkuliahan itu membuat saya semakin depresi, dan tak henti-hentinya saya meminta Tuhan untuk lebih baik membunuh saya daripada saya harus menyelesaikan kuliah saya. Psikiater menyarankan saya untuk minum obat teratur untuk membuat pikiran saya jernih sehingga saya dapat berpikir jernih. Saya sangat mempercayai perkataan psikiater pada mulanya, namun seiring dengan berjalannya waktu, saya merasa obat yang diberikan psikiater itu tidak cocok bagi saya karena bukan hanya saya tetap kehilangan semangat hidup, yang pasti pikiran bunuh diri itu makin lama makin menguasai diri saya. Terhadap psikolog saya juga menaruh harapan untuk bisa beraktivitas dengan normal setelah melalui beberapa sesi. Namun, dari sesi ke sesi saya merasa psikolog itu semakin menuduh saya sebagai orang yang ragu-ragu, selalu menyesali keputusan yang telah saya ambil, dan yang terutama takut menghadapi tantangan. Saya sadar bahwa saya memang butuh teman bicara, tetapi sepertinya psikolog itu cenderung untuk memarahi saya karena saya selalu datang dengan keluhan yang hampir sama. Sementara itu, saya juga tidak berani berterus-terang kepada psikiater mengenai pergumulan yang sedang saya alami karena takut ia akan memberi saya obat tambahan, padahal saya tahu pasti bahwa obat anti depresi itu akan membuat saya sakit maag dan tatapan mata saya kosong.
Pada akhirnya saya memang dapat menyelesaikan kuliah, tetapi ketakutan memasuki dunia kerja tidak dapat lepas dari pikiran saya. Setelah dinyatakan lulus pada pertengahan tahun 2008, sesungguhnya saya berada dalam kebingungan yang amat sangat. Hati saya ingin meninggalkan Indonesia secepatnya karena saya merasa tidak ada pekerjaan yang cocok bagi saya di sini tetapi bukan hanya karena orang tua tidak akan mengizinkan saya pergi jauh, namun juga peluang saya untuk pergi akan sangat kecil jika saya tidak menggunakan uang saya sendiri. Hal itu berarti saya harus bekerja, tetapi saya ingin hasil yang instan, saya ingin memperoleh banyak uang segera agar saya dapat segera keluar negeri. Karenanya, saya merasa terjebak; saya tahu saya membutuhkan pekerjaan tetapi saya pikir saya akan merasa sangat tersiksa dengan pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat saya. Setelah melalui berbagai proses, sayapun diterima sebagai guru bahasa inggris di suatu lembaga kursus. Saya sering merasa saya salah masuk ke sana karena sejak training saya tidak pernah nyambung dengan berbagai teknik mengajar yang disampaikan. Lagipula, saya teringat pengalaman buruk saya saat praktek ngajar di suatu SMU pada waktu kuliah. Waktu itu murid-murid sama sekali tidak mendengarkan saya, suasana kelas sangat tidak terkendali. Saya ingin sekali mundur tetapi saya sudah terlanjur menandatangani kontrak selama 1 tahun. Berulang kali saya minta kepada Tuhan agar saya bisa keluar dari sana, saya katakan kepadaNya lebih baik saya mati daripada saya harus mengajar.
Mujizat Allah Nyata
Berkat pertolongan Tuhan dan jamahan kuasa Roh Kudus, segala macam suara dan penglihatan itu pada akhirnya hilang. Saya katakan pada Tuhan bahwa sesungguhnya saya sangat memerlukan psikiater dan psikolog dalam diriNya karena terbukti psikiater dan psikolog yang menangani saya tidak dapat menolong saya lagi. Hari-hari saya sangat kosong, saya sungguh tidak mengerti mengapa segala sesuatu yang saya lakukan sepertinya serba salah, seolah membuktikan bahwa diagnosa psikolog terhadap saya itu benar dan bahwa perkataan psikiater adalah benar bahwa saya harus mencari banyak kegiatan dan tidak boleh terlalu banyak sendirian. Seringkali saya takut sendiri bahwa suatu hari nanti saya akan menjadi gila karena masih hidup di Jakarta. Setiap bangun pagi saya selalu merasa letih dan tidak semangat. Saya tidak tahu untuk apa saya hidup pada hari itu. Selain itu hati saya senantiasa dipenuhi dengan duka, dan saya tidak tahu sebabnya.
Di saat saya sedang putus asa dan tidak tahu apa yang harus saya perbuat, saya teringat bahwa Tuhan Yesus itu jauh lebih berharga dari teman-teman yang saya miliki bahkan dari seluruh hidup saya. Suatu lagu hymn juga mengingatkan saya bahwa hanya Tuhan Yesus seorang yang dapat menolong saya. Sebenarnya saya sudah bosan sekali dengan keinginan saya untuk bunuh diri tetapi saya tidak punya kekuatan untuk lepas darinya. Saya sering bertanya-tanya dalam diri saya, apa Tuhan tidak kasihan terhadap saya karena sudah tiga tahun saya terus hidup dalam kekelaman, seolah pikiran mau bunuh diri itu telah menjadi bagian dari hidup saya. Orang-orang yang mendengar keluhan saya ini pasti juga telah bosan, maka saya penuh keraguan apa Tuhan masih mengasihi jiwa saya. Saya merasa bagai penjahat yang pantas mati karena saya tak dapat mengasihi orang-orang di sekeliling saya. Saya juga telah merepotkan Tuhan karena kemauan saya yang kuat untuk mengakhiri hidup saya. Ketika jalan yang saya tempuh makin lama makin terjal, saya dapat merasakan bahwa Tuhan Yesus mempunyai kasih yang sangat besar terhadap saya; Ia mencari saya yang sedang berada dalam dosa. Di saat saya tak lagi bersemangat untuk berdoa, memuji Tuhan ataupun membaca Alkitab, saya dapat merasakan pengampunanNya yang sempurna, namaNya yang indah menghapus segala ketidaknyamanan dalam hati saya, dan mengantarkan jiwa saya yang telah hancur kepada kebenaran sejati.
Tuhan Yesus telah memberikan saya pengharapan di dunia dan sukacita dari Sorga sehingga saya tidak lagi ingin mati. Ia telah membuktikan kepada saya bahwa karya Roh Kudus masih nyata sampai saat ini, dan Ia masih peduli terhadap saya di saat saya berseru memanggil namaNya. Kasih karuniaNya dapat saya rasakan sepanjang waktu, ada perubahan yang nyata sejak saya sungguh-sungguh bertekun dalamNya. Saat ini dengan berani saya mengatakan bahwa Allah kita adalah Allah yang hidup, dan perbuatanNya yang ajaib nyata bagi mereka yang mendekat kepadaNya.
Segala kemuliaan hanya bagi nama Tuhan. Amin.
Kumala
Email: kumalawaty.sundari@yahoo.com
Tempayan Retak
KITA SEMUA ADALAH TEMPAYAN RETAK
Seorang tukang air di India memiliki dua tempayan besar; masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang dibawanya menyilang pada bahunya.
Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak. Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.
Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya, karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna.
Namun si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannya.
Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak itu berkata kepada si tukang air,
"Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu."
"Kenapa?" tanya si tukang air. "Kenapa kamu merasa malu?"
"Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacadku itu, saya telah membuatmu rugi," kata tempayan itu.
Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia berkata, "Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan."
Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan, dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.
Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu? Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu.
Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang."
Setiap dari kita memiliki cacad dan kekurangan kita sendiri. Kita semua adalah tempayan retak. Namun jika kita mau, Tuhan Yesus akan menggunakan kekurangan kita untuk menghias meja Bapa-Nya.
Di mata Tuhan yang bijaksana, tak ada yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekuranganmu. Kenalilah kelemahanmu dan kamu pun dapat menjadi sarana keindahan Tuhan. Ketahuilah, di dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita
Seorang tukang air di India memiliki dua tempayan besar; masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang dibawanya menyilang pada bahunya.
Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak. Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.
Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya, karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna.
Namun si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannya.
Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak itu berkata kepada si tukang air,
"Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu."
"Kenapa?" tanya si tukang air. "Kenapa kamu merasa malu?"
"Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacadku itu, saya telah membuatmu rugi," kata tempayan itu.
Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia berkata, "Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan."
Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan, dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.
Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu? Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu.
Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang."
Setiap dari kita memiliki cacad dan kekurangan kita sendiri. Kita semua adalah tempayan retak. Namun jika kita mau, Tuhan Yesus akan menggunakan kekurangan kita untuk menghias meja Bapa-Nya.
Di mata Tuhan yang bijaksana, tak ada yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekuranganmu. Kenalilah kelemahanmu dan kamu pun dapat menjadi sarana keindahan Tuhan. Ketahuilah, di dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita
Langganan:
Postingan (Atom)