Selasa, 01 Juni 2010

MANGKOK TANPA ALAS



Seorang raja bersama pengiringnya keluar dari istananya untuk menikmati udara pagi. Di keramaian, ia berpapasan dengan seorang pengemis.

Sang raja menyapa pengemis ini, "Apa yang engkau inginkan dariku?" Si pengemis itu tersenyum dan berkata, "Tuanku bertanya, seakan-akan tuanku dapat memenuhi permintaan hamba."
Sang raja terkejut, ia merasa tertantang, "Tentu saja aku dapat memenuhi permintaanmu. Apa yang engkau minta, katakanlah!"

Maka menjawablah sang pengemis,"Berpikirlah dua kali, wahai tuanku, sebelum tuanku menjanjikan apa-apa."
Rupanya sang pengemis bukanlah sembarang pengemis.
Namun raja tidak merasakan hal itu. Timbul rasa angkuh
dan tak senang pada diri raja, karena mendapat nasihat
dari seorang pengemis. "Sudah aku katakan, aku dapat
memenuhi permintaanmu. Apapun juga! Aku adalah raja
yang paling berkuasa dan kaya-raya."
Dengan penuh kepolosan dan kesederhanaan si pengemis
itu mengangsurkan mangkuk penadah sedekah,"Tuanku
dapat mengisi penuh mangkuk ini dengan apa yang tuanku
inginkan."

Bukan main! Raja menjadi geram mendengar 'tantangan'
pengemis dihadapannya.
Segera ia memerintahkan bendahara kerajaan yang ikut
dengannya untuk mengisi penuh mangkuk pengemis kurang
ajar ini dengan emas!
Kemudian bendahara menuangkan emas dari pundi-pundi
besar yang di bawanya ke dalam mangkuk sedekah sang
pengemis. Anehnya, emas dalam pundi-pundi besar itu
tidak dapat mengisi penuh mangkuk sedekah.

Tak mau kehilangan muka di hadapan rakyatnya, sang
raja terus memerintahkan bendahara mengisi mangkuk
itu. Tetapi mangkuk itu tetap kosong. Bahkan seluruh
perbendaharaan kerajaan: emas, intan berlian, ratna
mutumanikam telah habis dilahap mangkuk sedekah itu.
Mangkuk itu seolah tanpa dasar, berlubang.

Dengan perasaan tak menentu, sang raja jatuh bersimpuh
di kaki si pengemis, ternyata dia bukan pengemis biasa, terbata-bata ia bertanya, "Sebelum berlalu dari
tempat ini, dapatkah tuan menjelaskan terbuat dari
apakah mangkuk sedekah ini?"

Pengemis itu menjawab sambil tersenyum, "Mangkuk itu
terbuat dari keinginan manusia yang tanpa batas.
Itulah yang mendorong manusia senantiasa bergelut
dalam hidupnya". Ada kegembiraan, gairah memuncak di
hati, pengalaman yang mengasyikkan kala engkau
menginginkan sesuatu. Ketika akhirnya engkau telah
mendapatkan keinginan itu, semua yang telah kau
dapatkan itu, seolah tidak ada lagi artinya bagimu.
Semuanya hilang ibarat emas intan berlian yang masuk
dalam mangkuk yang tak beralas itu. Kegembiraan,
gairah, dan pengalaman yang mengasyikkan itu hanya
tatkala dalam proses untuk mendapatkan keinginan..
Begitu saja seterusnya, selalu kemudian datang
keinginan baru. Orang tidak pernah merasa puas. Ia
selalu merasa kekurangan." Anak cucumu kelak mengatakan : power tends to corrupt; kekuasaan cenderung untuk berlaku tamak.

Raja itu bertanya lagi, "Adakah cara untuk dapat menutup alas mangkuk itu?"
"Tentu ada, yaitu rasa syukur kepada Tuhan. Jika
engkau pandai bersyukur, Tuhan akan menambah nikmat
padamu," Ucap sang pengemis itu, sambil ia berjalan
kemudian menghilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar